Ini merupakan kisah nyata,
pengalaman gue sewaktu sekolah tingkat atas. Tulisan ini gue tulis berdasarkan
etik (sudut pandang penulis) karena gue merupakan saksi kunci tragedi ini
muehehehe. Sebenarnya bingung harus mulai dari mana, tapi akan gue coba mengupas
setuntas mungkin.
Tragedi ini terjadi di salah satu sekolah
negeri di Jakarta. Tepatnya di ruang kelas XII IPS 3. Terjadi saat kelas XII
semester dua atau tahun 2011 awal. Gue punya dua temen yang akan membintangi
cerita ini. Yang pertama ialah Deem
(bukan nama sebenarnya). Deem posisi duduknya kalo di kelas tepat di depan gue.
Doi sok cool (kalo kata cewek), selalu tegap, duduk tegap, makan tegap, naik
motor tegap, berak pun tegap. Dan doi sixpack,
berotot karena sering ngangkatin tabung freon kulkas bokapnya. xixixixi.
Dan temen gue yang satu lagi bernama
Patpat atau Papat atau 44 (bukan
nama sebenarnya). Doi orangnya freak,
pendiam, tapi dia temennya banyak, pentolan-pentolan sekolah semua kenal sama
dia. Heran gue. Kalo di kelas doi suka disuruh-suruh sama si boss muka boros, yang kata temen gue Doy,
si boss suka garuk-garuk pantat.
“Pat, kerjain LKS gue!” bahkan tanpa upah ia ikhlas mengerjakan tugas si boss.
Malang nasib mu nak. Xixixixi.
Deem
dan patpat adalah sahabat akrab dari kelas XI. Secara, mereka berdua sekelas
dan kelas XII sekelas lagi. Saking akrabnya, bercanda di kelas bareng, pulang
bareng, ke warnet bareng, mandi bareng, tidur bareng. Eh, 2 hal terakhir bohong
deng.
Patpat
di kelas duduknya bareng brandal-brandal. Sedangkan Deem duduk di jajaran depan
dan mainnya sama anak-anak goa. Uluululullu…. Personel anak goa antara lain;
yang pertama pastinya ada gue yang cupu. Kedua, so pasti, deem si tegap.
Lanjut, ada teman sebangku deem, panggil aja dia Dokter. Si dokter gemar mengoleksi botol Kianfi (Obat penggemuk
badan), karena saat ke rumah doi, di kamarnya ditemukan botol-botol kianfi
kosong, ngeri loch..
Anak goa selanjutnya adalah hmm
panggil aja dia Bernard dengan
kuping lebarnya, sering diolok-olok dengan “Bernard can fly to moon with ear”. Selain itu Bernard ke sekolah bawa tas
gede yang beratnya Naujubileh... Bahkan ada guru yang menyindir, “kamu mau
sekolah apa mau camping” xixixi jahat beud.
Nah, lanjut personel berikutnya
yaitu pemilik bokong seksi nan montok, yang membuat cewek-cewek iri melihat
bodynya yang kayak gitar Spanyol, panggil dia Bocker. Bokongnya sangat kencang karena doi pengguna Kozui Slimming Suit hehehe. Bocker juga
hobi minjem hape temen. Pas minjem batere full, pas dibalikin udah lobet. Jahat
beud.
Di kelas Patpat selalu ke tempat
duduk barisan depan di mana tempat anak-anak goa bersembunyi dan ia selalu
duduk satu bangku berdua deem. Sok sweet
<3.
Pada
suatu hari di kelas, di saat jam kosong gak ada guru yang masuk, seperti biasa
kami anak goa + patpat ngobrol dan bercanda. Deem dan dokter tiba-tiba hendak
pergi ke toilet. Dan Patpat ditinggal sendiri di meja mereka. Bocker asik main
hape pinjeman, sementara Bernard sibuk ngerjain tugas. Sementara gue cuma ngeliatin
tingkah patpat.
Di
meja Deem tampak berserakan, buku-buku berceceran keluar tas. Dan ada foto deem
ukuran 2x3 di meja. Patpat segera mengambil foto itu dan dikantongin di saku
bajunya. Dalam benak gue, mau ngapain tuh anak sama foto Deem. Kemudian Patpat
langsung maju ke depan kelas. Gue masih heran doi mau ngapain. Ternyata eh
ternyata Patpat nempelin foto Deem yang tampan dan berani di selipan bingkai
foto pak Presiden. Sambal lompat-lompat Patpat susah payah nempelinnya. Dan akhirnya
tertempel.
Foto
sudah tertempel, Patpat pun duduk ke tempat Deem lagi. Patpat yang ngeliat gue
cengar cengir, Cuma berkata, “diem diem, diem diem”. Dengan senyum penuh
kelicikan, muehehe. Deem dan Dokter kembali dari toilet dan masuk kelas dengan
aroma semerbak hehehe. Mereka berdua duduk ke tempat masing-masing dan Patpat
beranjak berdiri langsung ke tempat duduk gue. Dari belakang Patpat nyeletuk “woy
presiden, woy presiden”. Celetukan itu ia tujukan ke Deem, tapi Deem kayaknya
gak menyadari dan gak ada respon. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol aja sampai bel
istirahat.
Setelah
bel istirahat berbunyi siswa-siswi ke kantin untuk jajan. Seperti biasa
anak-anak goa ke lapak tukang ketoprak buat sarapan. Tukang ketoprak ini
dijuluki “The Slow Motion” karena tukang ketoprak tersebut bikin sepiring
ketoprak dengan gerakan yang sangat lambat. Gemulai tangannya sangat halus dan membuat
pelanggan yang menggu ketoprak pesanannya geretan. Padahal sudah jadi tukang
ketoprak bertahun-tahun, tapi speednya udah kayak karyawan baru magang,
hadehhh. Gue dan Patpat berdiri menuggu ketoprak bersebelahan. Dan berbincang-pincang.
Patpat : “Haha
sang presiden”.
Gue : “Haha
parah lo pat”.
Patpat
sepertinya senang banget ngerjain Deem, namun doi gak tau apa yang akan terjadi
muehehehe. Setelah istirahat, kami masuk kelas, dan belajar seperti biasa. Bel istirahat
shalat makan (Ishoma) pun berbunyi. Dan gue bertiga, dengan Deem dan Dokter
menuju Masjid. Gue lupa si Bocker kemana waktu itu, mungkin lagi perawatan
bokong di WC kali ye. Selesai Shalat Dzuhur kami bertiga bergegas ke kelas.
Kami berjalan ke tangga menuju lantai dua. Di sekolah gue di persimpangan
tangga biasanya ada mading (majalah dinding) tempat anak-anak nempelin poster,
brosur dll. Lanjut, kami menuju tangga lantai tiga. Gue pun kaget, dan
tercengang. Dengan matanya yang empat aja Deem mampu melihat fotonya terpampang
di mading. Dan gue berpikir ini ulah Patpat yang nempelin foto Deem di mading. Deem
dengan emosi langsung ngambil fotonya dan menghadap ke arah gue yang ada di
belakangnya. Dia mencurigai gue yang melakukannya. Pas di kelas tadi soalnya
gue ketawa-tawa bareng Patpat yang ngecengin Deem. Dengan emosi Deem mengitrogasi
gue. Ngeri loch…
Deem : “Lu tau kan Man? Gue paling gak suka becanda
kayak gini?” (bola matanya hamper keluar)
Gue : “Lah bukan gue yang nempelin. Gue gak ngapa-ngapain
em.. patpat kali noh yang ngetawain lu mulu”.
Deem pun dengan penuh emosi langsung
berjalan ke kelas untuk melabrak Patpat. Gue dan Dokter pun mengikutinya. Dan gue
gak tau kalo Patpat sampe nempelin foto ke mading. Dan gak duga Deem bakal
murka. Di kelas Patpat sedang ngobrol sama Danil dan Doy. Sesampainya di kelas
Deem segera menghampiri Patpat. Dengan tatapan penuh kebencian Deem langsung
mengeluarkan jurus Rasengan dan
segera memukulkan rasengannya ke Patpat. Patpat pun membalas, dengan merapal segel
tangan, dan mengeluarkan jurus Chidori
andalannya.
Maap yang tadi itu fiktif belaka. Lanjut
adegan sebenarnya. Deem segera menghampiri Patpat. Dengan tatapan penuh kebencian.
Deem langsung mencekik leher Patpat yang sedang duduk. Choke Slam! Ngeri loch… Deem
menarik Patpat dan posisinya berdiri dan Patpat disandar ke tembok dengan
posisi masih tercekik tangan Deem.
Deem : “Jangan main-main lo sama gue, gue gak suka
becanda kayak gitu!” (Sambil mencekik dan melotot)
Patpat : “Ampun
em, ampun em”.
Deem
terus mencekik seakan ingin mematahkan leher Patpat. Anak-anak yang lain pun
memprovokasi mereka berdua. Anak-anak yang ada di kelas tersontak kaget dan
hanya melihat kejadian tersebut. Anak-anak kelas lain pun menyaksikan
pertarungan maha dasyat tersebut dari jendela kelas. Berbagai wartawan dari
dalam maupun mancanegara pun datang dan meliput aksi mereka.
Danil : “Tampol
Pat! Hajar Pat!”
Doy : “Pukul
le! Pukul!...”
Dan segera yang menonton pertarungan
itu berinisiatif melerai pertarungan berat sebelah mereka. Patpat sudah ngos-ngosan
gak bisa nafas. Deem dan Patpat akhirnya terpisah dan Patpat segera pindah
tempat ke bangku pojok kanan di belakang. Tapi Deem segera menghampirinya lagi.
Patpat yang panik akhirnya mencoba strategi bertahan 5-3-2. Deem yang sudah
berjarak satu meter dengan Patpat, segera ia tendang dengan jurus kungfu tendangan
gajah ting-ting. Deem segera menghindar. Patpat hanya menendang meja, sasarannya
meleset. Patpat segera bertahan dengan menendangi meja dan kursi agar Deem tak
berani mendekat.
Patpat : “Ngent*t
lo… ngent* lo!...” (sambil nendangin meja)
Danil : “Pukul
pat! Pukul!” (memprovokasi)
Dan akhirnya kedua belah pihak di
pisahkan dan segera ditenangkan. Gue dan Dokter segera menenangkan Deem. Dan Patpat
ditenangkan Doy dan Danil.
Dokter : “Parah
lu em”.
Deem : “Gua
paling gak suka becanda kayak gitu”
Gue : “Udeh
udeh sabar”.
Setelah pertarungan tersebut Deem
dan Patpat tak saling bicara dalam jangka waktu yang lama. Deem sudah beritikad
baik meminta maaf duluan ke Patpat namun Patpat seperti tak membuka Pintu maaf.
Akhirnya persahabatan yang terjalin puluhan tahun, harus kandas dan mereka haru
bercerai. Di kelas mereka berdua sama sekali tak ngobrol atau becanda seperti
biasa. Setelah gue tanya ke Patpat, alasan dia gak maafin Deem, adalah karena ia
merasa sudah dipermalukan. Dan tak menghiraukan Deem lagi. Gue, Dokter dan
Bocker sahabat mereka mencoba menyatukan mereka lagi, dengan banyak cara, contohnya
merujuk minta maaf, main bareng sampe menjebak mereka berkumpul bersama. Tapi apa
daya, Deem yang mau bersahabat lagi, tapi Patpatnya gak memperdulikan
persahabatannya.