Selasa, 20 Agustus 2013

Senin, 12 Agustus 2013

Gambar Editan

Lumayan buat di share nih, hasil editan photoshop ane gan! daripada jamuran di folder komputer :v
Check it out!!! :D


Reza with Susano'o (cool!!)

Uchiha Riandi wakakak

WTF? Cover Revolver Magazin kok jadi begini?

Tetangga gue, kasian yah hehehe

Ngakak :v

Nice quote by Achmad Fadlly

Patpat Uchiha! Ngeri loch...

Check, Ori dan Nanda abis dicunat


Heboh, si pengendali hujan, Rikudou Patpat!!

Muka Tempelan, greget wakakak

Kepala tempelan abis kecebur got wakakak


Fadlly van Persie (WTF?)

Cristiano Patpatdo (WTF)

And now, Cristiano Iqbaldo (WTF?)

TK Pendidikan IPS Reguler.
Kiri-kanan: Afriaji, Ikhsan, Muiz, Mahfud
Robby, Iqbal, Dimas. Cheers!!!


Iqbal lagi pidato kenegaraan. Wewwww :v

Rencana Mata Bulan Patpat Obito dan Reza Madara menghasut Arman Kakashi muehehehe


Minggu, 11 Agustus 2013

Gambar Tangan

Di postingan ini saya ingin berbagi hasil karya tangan saya yang kaku ini hehe. Hasil guratan dari pulpen ajaib yang menghasilkan goresan yang menurut saya luar biasa, maklum sudah begitu lama tidak menggambar hehe.

Gambar yang pertama adalah gambar Madara Uchiha. Uchiha Madara adalah karakter antagonis favorit saya di serial Anime Naruto Shippuden. Dengan pose dan ekspresi yang sangat cool, sangat menantang untuk menggambarnya. Rambut panjang yang terurai, dengan sudut lancip, terkibas deru angin padang pasir,  memberikan kesan yang menakjubkan.
Check it out! 
:D



Gambar kedua adalah Luis Suarez. Gambar ini memperlihatkan Suarez yang sedang menggigit sebuah apel dan mengaitkannya dengan logo perusahaan gadget ternama Amerika. Sedikit berbau sarcas memang :D. Moment saat melawan Chelsea yang memperlihatkan Suarez menggigit lengan Ivanovic, semakin membuat nama Suarez tenar di dunia maya sebagai bahan pokok sindiran berupa joke dan meme.
Check it out!
:D


Yang selanjutnya adalah jeng jeng jeng jeng, Uchiha Obito. Gambar ini memperlihatkan transformasi Uchiha Obito menjadi menyerupai Rikudou Sennin sang nenek moyang shinobi. Moment ini terjadi saat Obito menyerap Juubi, chapternya lupa chapter berapa. hehe. Terlihat Obito memiliki jubah dari tubuh Juubi dan memeiliki tongkat yang menyerupai tongkat Rikudou Sennin, mirip-mirip sama tongkatnya Tong Sam Cong gurunya Sun Go Kong si kera sakti yah :D :D :D


Kamis, 08 Agustus 2013

Malam Takbiran dan Manusia Gerobak

Latar: Jalan I Gusti Ngurah Rai, 
Rabu, 7 Agustus, 10.30 PM

Secercah sinar hilal telah nampak dari bulan baru. Menandakan Ramadhan telah berakhir. Bulan yang penuh rachmat telah meninggalkan seluruh insan yang mencintainya. Malam 1 Syawal ditandakan dengan berkumandangnya gema takbir di berbagai penjuru. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar Walillailham~ Seraya setiap makhluk serentak bertakbir. Semua berbaur dalam suka malam takbiran. Semua bersyukur menyambut kemenangan, walau kesedihan menerpa dan berkaca pada realita, dihinggapi sendu Ramadhan telah berlalu.

Sorak sorai umat menggema ibu kota. Pawai takbiran di jalanan memenuhi sudut jalan yang kemarin-marin terlihat lengang ditinggal mudik warganya. Mulai dari sepeda motor, mobil bak terbuka sampai angkutan kota yang disulap menjadi mobil konvoi takbiran mewarnai malam takbir jalanan. Nampak pula polisi-polisi yang mengorbankan waktu berharga mereka bersama keluarga sedang bertugas mengamankan dan mengatur lalu lintas jalanan yang semrawut.

Di balik gemerlap suka malam takbiran, beberapa umat merasakan sesuatu yang tak dapat mereka gapai. Umat yang termarjinalkan kejamnya arus ibu kota. Mereka adalah orang-orang jalanan atau yang dengan bahasa kasarnya tenar sebagai 'manusia gerobak'. 

Di Jalan I Gusti Ngurah Rai yang biasanya dipadati kendaraan setiap harinya, aku melihat fenomena yang sungguh mengetuk hati kecilku. Tepatnya di depan Lembaga Permasyarakatan Cipinang terlihat puluhan manusia gerobak yang sedang beristirahat. Di trotoar mereka melewati malam takbiran ini. Di pinggir jalanan yang dikotori debu dan asap knalpot, mereka bermandikan suara bising kendaraan. Gema takbir hanya samar-samar terdengar di sini. Entah apa yang persis mereka lakukan dan rasakan, aku hanya bisa mengamati secara kasat mata. Aku hanya bisa memandangi mereka dengan pandangan yang dikotori paham hedonisme. Aku hanya bisa berempati pada mereka. Mereka bak guru yang mengajari ku arti kata 'syukur'.

Wajah-wajah lesu, wajah-wajah murung sebagian besar mereka pasang. Terpancar aura penuh tekad menaklukan ibu kota. Terlihat mereka hanya memandangi pengendara yang berlalu lalang melintasi jalan I Gusti Ngurah Rai yang padat-lancar. Beberapa dari mereka bersenda gurau dengan keluarga, senyum kecil terlihat, tawa jenaka mereka perlihatkan, mereka berbaur dengan keluarga seakan mengisyaratkan, kebersamaan dengan keluarga adalah anugerah terindah yang diberikan Allah di malam Lebaran. 

Baju baru yang kita dambakan di Hari Raya atau THR yang ingin kita dapatkan bagi mereka hanya angan-angan manis yang sulit mereka gapai. "Uang dari mana beli baju baru?" mungkin pertanyaan seperti itulah yang dominan mengisi kekosongan rejeki mereka. Mereka hanya berharap ada orang dermawan yang memberi mereka kenyataan dari angan yang telah mereka ciptakan.

Jangankan baju baru, alas kardus baru saja mereka sudah senang. Jangankan THR, seliter beras saja mereka sudah bahagia. Demi menyambung kehidupan diri sendiri dan keluarga terkasih, sang manusia gerobak berkeringat memperoleh nafkah, siang hingga malam mereka lewati dengan keringat penuh lelah. Mungkin banyak dari mereka yang mengalami hal yang sama 'puasa' di dua belas bualn dalam setahun. Sama halnya ketika puasa Ramadhan. Ramadahn sama halnya ketika hari-hari biasa yang mereka lewati dengan 'berpuasa'. 

Mereka hanya tidur beralaskan kardus atau terpal kotor, berbeda dengan kita yang beralaskan empuknya kasur busa yang lembut. Mereka di kelilingi udara dingin menikam yang bertiup di setiap sudut jalan ibu kota. Hanya kehangatan kebersamaan keluarga yang mampu membuat mereka bertahan dari udara dingin yang membunuh tersebut. Mereka makan hanya dengan nasi bungkus yang didapat dari uang hasil kerja keras seharian, makan tiga kali sehari adalah hal yang tersier bagi mereka, berbeda dengan aku yang hanya sebagai anak yang makan hasil kerja orang tua, bahkan terkadang tak mensyukuri makanan yang telah disuguhkan. Sungguh fenomena miris dualisme yang terjadi dalam kehidupan.

Hidup memang sulit, penuh lika-liku rintangan yang setiap saat siap menghadang. Realita demi realita yang terjadi adalah fenomena biasa yang diluarbiasakan oleh orang-orang yang mau belajar arti hidup. Di tengah suka-cita pesta-pora pasti di tempat lain terjadi suka-duka rintih-tangis. Semua adalah hal biasa!

Manusia Gerobak mengajari kita apa arti hidup, bagaimana mengarunginya dan menaklukannya.
Manusia Gerobak mengajari kita tentang kehidupan lain di tengah hedonisme yang terjadi di perkotaan.
Manusia Gerobak mengajari kita kebersamaan dan pengorbanan tanpa kenal lelah demi keluarga sedarah.
Manusia Gerobak mengajari kita tentang rasa syukur yang sering kita remehkan dan acuhkan.
Tanpa kita sadari Manusia Gerobak adalah guru yang mengajari kita berbagai hal yang akan menuntun kita ke kehidupan yang lebih baik lagi.

Selasa, 06 Agustus 2013

Mudik

Mudik adalah istilah lain dari pulang kampung. Tapi, lebih jelas dan  trendnya lagi, mudik adalah peristiwa dimana seseorang atau keluarga pulang ke kampung/kotanya dari kota dimana ia tinggal ataupun bekerja. Mudik merupakan fenomena yang telah berlangsung sejak bertahun bahkan berpuluh tahun di Indonesia. Entah kapan pastinya fenomena ini dimulai, tapi yang pasti, istilah 'mudik' populer dipakai dan didengar saat suasana Ramadhan dan Lebaran. 

Mudik Sebagai Budaya
Budaya dapat diartikan secara awam yaitu sesuatu yang dilakukan manusia secara berulang-ulang. Dari kegiatan yang dilakukan berulang-ulang tersebut, manusia menciptakan kebudayaan masing-masing yang khas. Sama halnya seperti topik yang saya bahas ini, mudik merupakan suatu kebudayaan yang dimiliki oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia yang merasakan perantauan. Fenomena mudik, lazim kita lihat saat menjelang hari raya Lebaran. Dimana semua pemudik beramai-ramai meninggalkan kota perantauannya, dan pulang ke daerah asalnya atau daerah asal sanak saudara. Seperti yang telah saya tulis di prolog, entah kapan pastinya budaya mudik diketahui mulai dilakukan, atau mulai dilakukan saat Lebaran. Yang pasti, dimulai setelah si pemudik merantau. Betul tidak?

Mudik sebagai Kebutuhan
Mudik merupakan sarana silaturahmi dengan sanak saudara. Dengan mudik ke kampung halaman dan merayakan Lebaran bersama keluarga besar di kampung halaman, tampaknya menjadi suatu kepuasan lahir batin tersendiri bagi masyarakat yang melakukan mudik ini. Berjumpa dengan kakek-nenek, paman-bibi dan saudara lainnya, serta kawan-kawan lama saat kecil merupakan salah satu faktor mengapa seseorang mudik. Ya, suatu kebutuhan yang dapat memuaskan dahaga akan rasa rindu suasana kampung halaman, momen yang pas saat Lebaran, mudik ke kampung halaman, berkumpul dalam kebersamaan kekeluargaan dan kekerabatan, merupakan salah satu anugerah terindah yang diberikan Ilahi.

Mudik Sebagai Permasalahan
Dibalik kata mudik yang simple, terdapat beberapa permasalahan yang cukup kompleks. Ya, sering kali kita melihat di berita cetak maupun elektronik sering terjadinya kecelakaan. Dimana kecelakaan ini sampai merenggut korban, bahkan puluhan korban hanya dalam satu kali peristiwa kecelakaan. Permasalahan mulai dari human error, trafifc system yang semrawut dan berbagai permasalahn lainnya yang kerap kali memberi warna merah bagi fenomena mudik ini. Permasalahan transportasi menjadi sorotan utama bagi pemerintah dan masyarakat. Mungkin kita semua tau, sebagai masyarakat awam, yang hanya melihat dengan kasat mata atau dengan penglihatan yang sederhana, bahwa sistem transportasi di Indonesia memiliki tingkat standar keselamatan yang rendah. 
Ya, kita semua berkata seperti itu karena melihat berbagai fakta di lapangan yang menggambarkan betapa suramnya sistem transportasi tanah air ini. Tingginya tingkat kecelakaan dan tingginya korban jiwa menjadi fact to judge dari permasalahan ini. Pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas dari pertransportasian di negeri ini. Kita sering bertanya-tanya, Kapan ya mudik bebas macet? atau, mana peningkatan atau pemutakhiran transportasi dari pemerintah? Anggaran demi anggaran dari APBN telah dikucurkan untuk peningkatan, namun tak kunjung menekan drastis tingkat kecelakaan. Aksi nyata untuk peningkatan kualitas transportasi dari pemerintah belum jelas terlihat. Apakah pemerintah masa bodo? Apakah dananya dikorupsi? atau aksi pemerintah tertutup kamera media? Sehingga rakyat tak tau menau. Ya inilah negeri ini, seperti peribahasa, gajah dipelupuk mata tak terlihat, sedangkan semut di seberang pulau nampak jelas. Ya, apa boleh buat, mungkin taqdir.
Permasalah lainnya yang juga menjadi sorotan serius pemerintah kota, terutama DKI Jakarta adalah arus balik. Nah, arus balik ini juga mengandung permasalah yang cukup kompleks. Memang bertolak belakang dengan mudik, namun tolak belakan itu berbuntut masalah. Kali ini tidak akan membahas arus balik dari segi  transportasinya. 
Pemudik yang kembali ke kota sering kali membawa sanak saudara, kerabat dan sejenisnya yang dulunya menetap di daerah. Fenomena ini disebut urbanisasi. Kaum urban menjadikan Ibu Kota sebagai tempat peruntungan mengais rejeki. Banyak yang berkata bahwa di Ibu Kota apa saja bisa di dapat, namun pada kenyataannya? You know what I mean. Pemda DKI sangat gencar memfilterisasi kaum urban ini, untuk menekan kepadatan penduduk tinggi di Jakarta. Selain permasalahan kepadatan penduduk, permasalahan kompleks yang lain mengikuti. Jakarta telah dipenuhi pengangguran, ditambah lagi kaum urban yang berbondong-bondong menyerbu Jakarta, entah berapa ribu orang yang menderita pengangguran. Terlebih lagi kaum urban yang tak memiliki skill dan pendidikan yang tinggi, akan menjadi sasaran empuk bagi hantu yang bernama pengangguran. Dari pengangguran lari ke permasalahan kemiskinan, dari kemiskinan lari ke peningkatan kriminalitas yang tinggi, dan segelintir permasalah-permasalah yang tak ada ujungnya. Ya, awalnya hanya dari mudik yang seakan menjadi induk permasalahan.

Translate