Hari Jumat (4/4), seperti hari-hari biasanya, umat Islam melakukan
Sholat Jumat. Jumat yang penuh rahmat dan barokah. Kaum pria mempersiapkan diri
menghadap Sang Pencipta, meninggalkan segala pekerjaan di waktu Jumat.
Begitupun suasana UNJ yang kental akan nuansa Islami, menampakan kegiatan warga
kampus hijau ini yang berlalu-lalang walaupun tak seramai hari-hari biasanya.
Pukul 10 pagi hari masih cukup cerah namun dengan lambat cuaca
berubah. Langit mulai menghitam, sinar matahari mulai tergerogot awan hitam,
cuaca mulai mendung. Tak lama berselang rintikan air hujan turun, lambat laun
mulai menderas. Di Sekitar gedung parkir terlihat mahasiswa-mahasiswi berteduh.
Menahan diri untuk menuju gedung kuliah, basahnya air hujanlah yang menahan
mereka. Mahasiswa yang berlalu-lalang di sekitar Fakultas Ilmu (FIP).
Pendidikan segera berteduh di sekitar gedung FIP Begitupun dengan gedung BAAK
yang digunakan sebagai tempat teduh. Warga kampus hijau seakan bereaksi cepat,
mahasiswa dan karyawan melesat mencari tempat berteduh.
Udara dingin dan lembab menyelimuti kampus hijau. Rata-rata
mahasiswa mengenakan jaket untuk melindungi diri dari udara dingin dan air
hujan. Mereka terpaku meratapi rintikan hujan yang membasahi kampusnya. Detik
demi detik, menit demi menit dan satu jam berlalu, hujan masih mengguyur kampus
hijau. Kaum Adam mulai memikirkan bagaimana caranya untuk Sholat Jumat,
menerobos hujan demi menghadap Sang Khalik di Rumah-Nya.
Di tengah derasnya air hujan, mulai nampak malaikat-malaikat kecil.
Membawa senjata mulianya, 'payung sakti'. Dengan payung berbagai ukuran,
bocah-bocah itu menawarkan jasa ojek payung. Dengan pakaian sederhana, tanpa
mengenakan alas kaki, bahkan terlihat pula ada anak yang masih mengenakan
celana sekolah berwarna merah, tak takut air membasahi mereka. Demi uang jajan
atau bahkan penambah biaya sekolah mereka rela berbasah-basahan. Sungguh unik,
meskipun pekerjaan mereka hanya musiman.
Kaki-kaki kecil nan lincah itu berjalan menerobos genangan air di
jalan kampus yang becek. Hujan masih terus mengguyur. Itu berarti berkah bagi
sang "ojek payung". Terlebih waktu mulai mendekati waktu Sholat
Jumat. Kaum Adam yang berteduh sangat membutuhkan bantuan mereka untuk menuju
Rumah Allah tanpa harus basah kuyup. Sang ojek payung pun kebanjiran, bukan
kebanjiran air, tapi kebanjiran order ngojek. Beberapa mahasiswi meneriaki si
ojek payung untuk menghampiri mereka, namun sayang, si ojek payung tengah sibuk
melayani pelanggannya yang sedang memakai payungnya.
Suara berisik gemercik air hujan mungkin mengganggu pendengaran,
bahkan teriakan pun terdengar hanya lewat saja. Tapi si ojek payung
mengandalkan keahliannya mencari calon pelanggan di pinggiran tempat teduh. Bak
pahlawan hujan, mereka sangat berguna membantu mahasiwa maupun karyawan yang
hendak pergi ke suatu tempat tanpa harus berbasah-basahan. Demi mengais rupiah
yang tak seberapa mereka tampaknya tak menghiraukan kesehatan mereka. Biasanya
pelanggan ojek payung memberikan seribu rupiah sampai lima ribu rupiah.
Berkah Jumat sangat terasa bagi si ojek payung. Hujan yang turun
memberikan arti tersendiri bagi mereka. Hujan bagi mereka adalah peluang.
Peluang mandapat receh-receh rupiah. Meraup untung materi dari hujan. Selain
materi, berkah lain pun mengalir ke dalam diri mereka. Rupiah-rupiah yang tak
kasat mata, pahala. Si ojek payung mengantarkan calon jamaah Sidang Jumat ke
rumah suci Allah. Langkah demi langkah mereka adalah pahala. Air hujan bagaikan
air yang menghidupi ladang pahala bagi si ojek payung.
Sepanjang waktu Jumat hujan terus turun. Disertai angin kencang dan
petir yang menggelora. Masjid Nurul Irfan pun kebasahan. Di depan pintu gerbang
halaman Masjid, 'anak-anak hujan' itu mengantar jamaah. Mendapat imbalan
seribu-dua ribu rupiah. Dengan wajah penuh sumringah menerima uang hasil
keringat hujan mereka. Si ojek payung pun pergi, mencari calon pelanggan yang
sedang menunggu. Menunggu kedatangan pahlawan hujan dengan senjatanya. Mereka
sangat santai dan menikmati hujan, berjalan dengan lincah, penuh keceriaan.
Senda gurau bersama teman. Membawa payung yang hampir sama besarnya dengan
badan. Tak terlihat beban di antara mereka. Hujan adalah berkah bagi
orang-orang yang giat.