Kamis, 16 April 2015
Senin, 19 Januari 2015
Pilar Perubahan: Hukum
Bicara soal Hukum, sebenarnya kita telah mengenal hukum sedari masih
kecil. Orang tua akan memberi hukuman jika anaknya melanggar peraturan yang
dibuat di lingkungan keluarga. Seperti, seorang anak jika ketahuan berkelahi
akan dihukum tak boleh bermain beberapa hari, atau tidak diberikan uang jajan. Tapi
kadang didikan dari orang tua juga kurang bisa membentuk pribadi muda yang kuat
pendiriannya.
Pada akhirnya, lingkungan lah yang akan membentuk pribadi seseorang. Akan
Menempuh jalur yang mana, seseorang akan terbentuk pribadinya. Dan generasi yang
lebih tua akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya. Bisa saja
generasi tua menanamkan segala kehendaknya kepada generasi muda yang masih
polos. Dan generasi penerus yang harusnya menjadi agen perubahan tersebut,
kemungkinan meneruskan budaya negatif generasi tua tersebut.
Hukum ada di sekitar kita. Pernah mendengar isu bahwa polisi tidak diperbolehkan
menilang anak polisi? Atau pejabat penguasa yang tak tersentuh hukum? Atau hal
lain yang membuat hukum tak tajam kala berhadapan dengan kalangan atas? Ya, itu
semua adalah masalah yang selalu dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut tentunya
sangat membuat hati rakyat biasa kecewa.
“Hukum tajam ke
bawah tetapi tumpul ke atas” adalah makna khiasan yang juga sering kita dengar
saat ini. Maling ayam, maling sandal semuanya bisa dipidanakan sesuai
ketentuan. Tapi jika kita menoleh ke atas, di saat pejabat yang merampok harta
rakyat hanya, dihukum dengan satu digit tahun penjara atau sulit tersentuh jerathukum,
kita akan memperoleh sebuah ironi besar terhadap Sila ke-5 Pancasila. Hukum
memang tak pernah salah. Tapi aparatur yang bermain dengan hukum lah yang
salah.
Lalu kita harus bagaimana menghadapinya? Apakah harus “mentok” dengan pemikiran
“Ah, kita bisa apa? Wong kita Cuma rakyat biasa.”? Sungguh, pemikiran tersebut
tak akan mengubah apa pun. Hanya akan membuat konstitusi semakin “lembek ke
atas”. Akan membuat budaya “cuek bebek” terus lestari. Dan akan membuat sikap “wajar”
dan membiarkan pembiaran hal-hal yang “salah” terus berlanjut. Hingga kapan? Kapan
semua itu berakhir? Kapan Indonesia setara Singapura?
Setidaknya, harapan demi harapan terus tersandarkan di pundak generasi-generasi
muda. Harapan demi harapan juga tertabur dalam hati sang penyelamat negeri. Namun,
harapan-harapan perubahan itu akan hanya menjadi harapan jika tak ada perubahan
sikap dalam diri setiap insan muda Indonesia.
Generasi yang patuh Hukum dan mampu menegakkan Hukum adalah yang
dibutuhkan Indonesia menuju perubahan. Hukum yang tegas memang bukan
satu-satunya hal yang dapat memajukan Indonesia, tapi tegaknya hukum dapat menjadi
panduan bangsa menjadi besar dan bermartabat.
Kamis, 15 Januari 2015
Liverpool & Juventus Were Colouring My Life
Juventus dan Pertama Kali Tau Bola
Klub pertama yang gue suka adalah JUVENTUS. Gue akan berbagi cerita
tentang pertama kali gue tau bola. Dari zaman gue kecil atau pas waktu SD gue
gak tau tau banget tentang sepak bola. Sesekali nonton bola itu pun juga Cuma nonton
sepintas aja. Waktu zaman gue SD, Liga Serie-A Italia itu lagi tenar-tenarnya. Dan
saat itu Juventus bagai menjadi raja dan nama Juve sangat popular saat itu. Ya namanya
juga bocah kan, Cuma ikut-ikutan aja. Gue pun mulai suka sama Juve walaupun
jarang pake banget nonton pertandingannya.
Saat itu gue hampir
hafal semua pemain utama Juventus. Terutama Idola pertama gue, si pirang Pavel
Nedved. Pemain-pemain lain yang gue hafal, Del Piero, Trezeguet, Camoranesi,
Thuram, Vieira, Edgar Davids, Buffon, Gianluca Zambrotta. Tapi saat main bola
di lapangan, gue dipanggil sama temen gue Dayat, Thuram dan Dayat menyebut
dirinya Zambrotta. Haha. Padahal mah sekarang dia jadi fans MU. Well, gak
apa-apa Thuram, karena gue juga suka sama bek tangguh yang satu ini.
Memasuki tahun
2004-2005 ke atas, pamor Serie A mulai turun karena scandal Calciopoli, dan tayangan
Serie-A sudah sulit ditonton. Pada akhirnya, gue udah mulai gak dapet berita
apa-apa. Namanya juga suka, belom cinta, jadinya gak terlalu peduli. Dan gue
juga belom tau bola saat itu.
Now, I’m Liverpudlian
Klub pertama yang gue cinta adalah
Liverpool. Suka dan cinta itu
beda gan! Hehe. Cerita pertama kali gue menjadi seorang Liverpudlian tak bisa dipisahkan
dari ajang taruhan saat masih kelas 2 SMP. Saat itu temen-temen gue pada
taruhan. Yang gue tau taruhan itu Cuma antara dua orang. Tapi gue baru tau, ada
juga taruhan masal. Ya namanya juga masih polos ye gak. Jadi waktu itu,
temen-temen gue mau taruhan pertandingan Liverpool vs Arsenal (2006). Dan taruhannya
itu tebak skor dan juga nama pencetak gol pertama. Gue pun ditawarin buat ikut
apa nggak. Yaudah gue ikut-ikutan aja, buat seru-seruan. Gue lupa waktu itu
masang skor berapa, yang jelas gue masang Arsenal menang karena gue taunya
Arsenal dan gak tau Liverpool itu gimana.
Gue pun menonton pertandingan livenya. Gue masih inget banget, Liverpool
main kandang dengan jersey merah Adidasnya. Dan Arsenal dengan jersey
kuningnya. Dan tiba-tiba skor udah 3-0 aja buat keunggulan Liverpool. Ketiga gol
dicetak oleh penyerang setinggi 2 meter lebih yaitu Peter Crouch. Dan skor
berkesudahan 4-1 untuk Liverpool dengan tambahan gol Daniel Agger. Gak ada yang
menang taruhan gan! Nah itu adalah pertandingan LIverpool pertama yang gue tonton.
Selanjutnya diajang Champions League anak-anak juga pada taruhan gan. Soalnya
partai Final 2006/2007, Liverpool vs AC Milan. Tapi gue gak ikut taruhan. Karena
anak-anak pada boomingin pertandingan
itu, yaudeh gue juga penasaran lah. Akhirnya gue pun nonton pertandingan
tersebut dengan bangun dini hari. Saat itu gue berharap banget Liverpool yang
menang, entah kenapa.
Pertandingan tersebut digelar di Olympic Stadium, Athena, Yunani.
Liverpool mengenakan seragam merah, sama saat pertama kali gue nonton. Dan Milan
dengan seragam yang katanya seragam hokinya yaitu putih-putih. Di starting line-up gue gak ngeliat nama Peter
Crouch yang pas gue tonton cetak hattrick.
Saat pertandingan ini, sudah mulai tumbuh benih-benih cinta gue terhadap
Liverpool. Saat Liverpool dijebol oleh F. Inzaghi yang cuma kena dagu doi dari
tendangan bebas Pirlo, hati gue serasa tercabik-cabik. Terlebih saat Inzaghi menggocek
Reina untuk mencatatkan namanya di papan skor untuk gol kedua. Dan gue sudah mulai
belajar menganalisis seandainya Crouch dipasang sejak awal, mungkin Liverpool
akan memiliki gol. Karena saat ia masuk menjad pemain pengganti, Serangan
Liverpool menjad hidup. Tapi sayang sekali, gol telat dari Dirk Kuyt tak mampu
membuat Liverpool mengimbangi Milan. Skor pun berkesudahan 2-1- untuk Milan. Dan
gue pun sedih saat Milan mengangkat trofi.
Selidik punya selidik, Liverpool pernah bertemu Milan di final tahun 2005
di Istanbul Turki. Dan pertandingan tersebut menjadi keajaiban dalam sepak
bola. Karena di saat Liverpool tertinggal 3-0 dari Milan, Liverpool mampu
membalas Milan 3 gol untuk mengimbangi Milan, dan akhirnya menang adu penalti. Liverpool
menjadi juara Champions Leage ke-5 kalinya.
Sampai detik ini gue terus mengikuti sepak terjang Liverpool dengan
mencari berita seputar Liverpool. Dan mulai tau namanya musuh Liverpool. Yaitu Manchester
United. Dan gue sangat menikmati saat berdebat dengan Mancunian alias Munyuk. Hahaha.
Pertama Kali Menonton Liverpool Langsung Di
Stadion
Sebagai seorang Fans, pastinya sangat berkeinginan melihat aksi klub
kesayangan langsung di stadion. Ya, itulah yang sudah gue lakukan. Dan pastinya
bukan di Anfield lah. Gue menonton Liverpool di stadion Gelora Bung Karno, saat
pertandingan antara Indonesia XI vs
Liverpool pada tahun 2013
bersama teman-teman kampus gue. Pertandingan ini merupakan bagian dari tur pra
musim Liverpool. Sangat puas melihat aksi penggawa-penggawa Liverpool tersebut.
Gue berharap bisa menonton Liverpool langsung di Anfield Stadium suatu saat
nanti.
Saat ini gue memang menaruh sebagian besar hati gue kepada Liverpool. Tapi
sebagai klub pertama yang gue tau dan gue suka, Juventus gak akan pernah
kehilangan tempat di hati gue. Dua Tim itu yang menjadi salah satu hidup gue
berwarna.
So, kapan gue pertama kali bisa melihat mereka bertanding bersama?
Rabu, 14 Januari 2015
Avenged Sevenfold Akan Konser di Jakarta. Lalu Gue Harus Apa?
Melalui akun facebook
dan jumpa pers, akhirnya Avenged Sevenfold resmi akan menggelar konser di
Jakarta tanggal 18 Januari 2015. Jakarta merupakan bagian dari tur Asia mereka
selain China dan Singapura. Sebelumnya Avenged Sevenfold juga telah resmi
mengumumkan konsernya di Jakarta 1 Mei 2012. Namun sangat disayangkan ketidak
profesionalan EO membuat Avenged Sevenfold tak berani mengambil risiko lebih
karena kondisi panggung yang tak mendukung untuk konser band beraliran Hardcore
ini. Hal ini tentu membuat fans A7X (akronim Avenged Sevenfold) kecewa. Pasalnya
tiket sudah mereka beli dan H-1 manajemen Avenged Sevenfold mengumumkan
pembatalan konser. Apakah tahun 2015 ini
nasib fans akan sama dengan tahun 2012?
Sebagai
seorang fan A7X, harusnya gue udah memegang tiket untuk tanggal 18 Januari
nanti. Sekarang sudah H-5. Tapi sejak 3 bulan lalu saat pengumuman tur Asia
mereka, yang akan ke Jakarta, gue gak se-excited
tahun 2012. Memang sih sempat iri melihat member grup facebook Avenged
Sevenfold yang meng-order tiket, tapi
apa daya, kondisi gak memungkinkan. Huehehe.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi ketidakikutsertaan gue nonton konser
tersebut. Dan mungkin juga faktor-faktor yang akan gue jabarin merupakan faktor
yang juga membuat fans lain gak nonton. Oke, check this out!
1. Niat
Semua harus
diawali dengan niat. Kalo gak niat ya jadinya begini. Niat gue Cuma setengah-setengah
mau nonton. Soalnya penasaran sama konser band luar negeri, apa lagi sekaliber
A7X. factor niat ini akhirnya mempengaruhi hal-hal lain.
2. Partner Sesama Fans
Bagi gue, factor
ini adalah factor yang paling mempengaruhi gue. Pada awalnya, gue sedang
membaca situs resmi Avenged Sevenfold tentang kedatangan Avenged Sevenfold ke
Jakarta, dan sudah resmi mereka akan datang. Gue pun langsung meng-capture dan
meng-upload ke media sosial, dan
meng-tag ke teman-teman gue. Namun taka da tanggapan serius. Saat nongkrong pun
gue coba bahas A7X yang akan konser di Jakarta, gue mau tau pendapat mereka. Tapi
mereka tampaknya merasa gak tertarik dan gak ingin membuang uang mereka. Ada pula
yang pesimis kalau kejadian bata konser 2012 akan terjadi. Ada juga teman gue
yang udah mulai jenuh dengan A7X dan beralih ke band lain. Andai teman gue ada
yang minat, pasti gue usahain tuh nonton, muehehehe
3. Finansial
Finansial atau
keuangan mempengaruhi gan! Maklum gue masih digaji orang tua, kalo nabung pasti
duitnya kepake buat ini, itu, dan akhirnya gak kesampean. Nasib-nasib jadi
pengangguran.
4. Album
Yang Kurang Greget
Sangat disayangkan, album baru “Hail to The King” yang dirilis tahun
2013 tidak membuat fans-fans A7X puas. Album ini bergenre classic metal dan old school metal
dan terkesan sangat slow atau bertempo lambat. Lagu-lagu dulu yang terdapat
hentakan manis The Rev kini sudah diganti dengan Arin Ilejay yang menurut gue biasa
aja pada album ini. Saat ini gue masih suka mendengarkan lagu-lagu dari album
lawas A7X yang menurut gue everlasting
dan gak ngebosenin. Tapi HTTK menurut gue sangat membosankan. Meskipun dalam
konser tak semuanya membawakan full album HTTK, tapi pasti album HTTK cukup
banyak dibawakan. Seperti yang sudah-sudah gue lihat di Youtube.
Oke, mungkin
dari gue cukup segitu alasan gue gak beli tiket A7X. kalau ada salah kata mohon
dimaafkan, karena gue Cuma manusia biasa yang ngefans sama A7X. Hehe.
-foREVer-
The Strangler vs The Kicker
Ini merupakan kisah nyata,
pengalaman gue sewaktu sekolah tingkat atas. Tulisan ini gue tulis berdasarkan
etik (sudut pandang penulis) karena gue merupakan saksi kunci tragedi ini
muehehehe. Sebenarnya bingung harus mulai dari mana, tapi akan gue coba mengupas
setuntas mungkin.
Tragedi ini terjadi di salah satu sekolah
negeri di Jakarta. Tepatnya di ruang kelas XII IPS 3. Terjadi saat kelas XII
semester dua atau tahun 2011 awal. Gue punya dua temen yang akan membintangi
cerita ini. Yang pertama ialah Deem
(bukan nama sebenarnya). Deem posisi duduknya kalo di kelas tepat di depan gue.
Doi sok cool (kalo kata cewek), selalu tegap, duduk tegap, makan tegap, naik
motor tegap, berak pun tegap. Dan doi sixpack,
berotot karena sering ngangkatin tabung freon kulkas bokapnya. xixixixi.
Dan temen gue yang satu lagi bernama
Patpat atau Papat atau 44 (bukan
nama sebenarnya). Doi orangnya freak,
pendiam, tapi dia temennya banyak, pentolan-pentolan sekolah semua kenal sama
dia. Heran gue. Kalo di kelas doi suka disuruh-suruh sama si boss muka boros, yang kata temen gue Doy,
si boss suka garuk-garuk pantat.
“Pat, kerjain LKS gue!” bahkan tanpa upah ia ikhlas mengerjakan tugas si boss.
Malang nasib mu nak. Xixixixi.
Deem
dan patpat adalah sahabat akrab dari kelas XI. Secara, mereka berdua sekelas
dan kelas XII sekelas lagi. Saking akrabnya, bercanda di kelas bareng, pulang
bareng, ke warnet bareng, mandi bareng, tidur bareng. Eh, 2 hal terakhir bohong
deng.
Patpat
di kelas duduknya bareng brandal-brandal. Sedangkan Deem duduk di jajaran depan
dan mainnya sama anak-anak goa. Uluululullu…. Personel anak goa antara lain;
yang pertama pastinya ada gue yang cupu. Kedua, so pasti, deem si tegap.
Lanjut, ada teman sebangku deem, panggil aja dia Dokter. Si dokter gemar mengoleksi botol Kianfi (Obat penggemuk
badan), karena saat ke rumah doi, di kamarnya ditemukan botol-botol kianfi
kosong, ngeri loch..
Anak goa selanjutnya adalah hmm
panggil aja dia Bernard dengan
kuping lebarnya, sering diolok-olok dengan “Bernard can fly to moon with ear”. Selain itu Bernard ke sekolah bawa tas
gede yang beratnya Naujubileh... Bahkan ada guru yang menyindir, “kamu mau
sekolah apa mau camping” xixixi jahat beud.
Nah, lanjut personel berikutnya
yaitu pemilik bokong seksi nan montok, yang membuat cewek-cewek iri melihat
bodynya yang kayak gitar Spanyol, panggil dia Bocker. Bokongnya sangat kencang karena doi pengguna Kozui Slimming Suit hehehe. Bocker juga
hobi minjem hape temen. Pas minjem batere full, pas dibalikin udah lobet. Jahat
beud.
Di kelas Patpat selalu ke tempat
duduk barisan depan di mana tempat anak-anak goa bersembunyi dan ia selalu
duduk satu bangku berdua deem. Sok sweet
<3.
Pada
suatu hari di kelas, di saat jam kosong gak ada guru yang masuk, seperti biasa
kami anak goa + patpat ngobrol dan bercanda. Deem dan dokter tiba-tiba hendak
pergi ke toilet. Dan Patpat ditinggal sendiri di meja mereka. Bocker asik main
hape pinjeman, sementara Bernard sibuk ngerjain tugas. Sementara gue cuma ngeliatin
tingkah patpat.
Di
meja Deem tampak berserakan, buku-buku berceceran keluar tas. Dan ada foto deem
ukuran 2x3 di meja. Patpat segera mengambil foto itu dan dikantongin di saku
bajunya. Dalam benak gue, mau ngapain tuh anak sama foto Deem. Kemudian Patpat
langsung maju ke depan kelas. Gue masih heran doi mau ngapain. Ternyata eh
ternyata Patpat nempelin foto Deem yang tampan dan berani di selipan bingkai
foto pak Presiden. Sambal lompat-lompat Patpat susah payah nempelinnya. Dan akhirnya
tertempel.
Foto
sudah tertempel, Patpat pun duduk ke tempat Deem lagi. Patpat yang ngeliat gue
cengar cengir, Cuma berkata, “diem diem, diem diem”. Dengan senyum penuh
kelicikan, muehehe. Deem dan Dokter kembali dari toilet dan masuk kelas dengan
aroma semerbak hehehe. Mereka berdua duduk ke tempat masing-masing dan Patpat
beranjak berdiri langsung ke tempat duduk gue. Dari belakang Patpat nyeletuk “woy
presiden, woy presiden”. Celetukan itu ia tujukan ke Deem, tapi Deem kayaknya
gak menyadari dan gak ada respon. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol aja sampai bel
istirahat.
Setelah
bel istirahat berbunyi siswa-siswi ke kantin untuk jajan. Seperti biasa
anak-anak goa ke lapak tukang ketoprak buat sarapan. Tukang ketoprak ini
dijuluki “The Slow Motion” karena tukang ketoprak tersebut bikin sepiring
ketoprak dengan gerakan yang sangat lambat. Gemulai tangannya sangat halus dan membuat
pelanggan yang menggu ketoprak pesanannya geretan. Padahal sudah jadi tukang
ketoprak bertahun-tahun, tapi speednya udah kayak karyawan baru magang,
hadehhh. Gue dan Patpat berdiri menuggu ketoprak bersebelahan. Dan berbincang-pincang.
Patpat : “Haha
sang presiden”.
Gue : “Haha
parah lo pat”.
Patpat
sepertinya senang banget ngerjain Deem, namun doi gak tau apa yang akan terjadi
muehehehe. Setelah istirahat, kami masuk kelas, dan belajar seperti biasa. Bel istirahat
shalat makan (Ishoma) pun berbunyi. Dan gue bertiga, dengan Deem dan Dokter
menuju Masjid. Gue lupa si Bocker kemana waktu itu, mungkin lagi perawatan
bokong di WC kali ye. Selesai Shalat Dzuhur kami bertiga bergegas ke kelas.
Kami berjalan ke tangga menuju lantai dua. Di sekolah gue di persimpangan
tangga biasanya ada mading (majalah dinding) tempat anak-anak nempelin poster,
brosur dll. Lanjut, kami menuju tangga lantai tiga. Gue pun kaget, dan
tercengang. Dengan matanya yang empat aja Deem mampu melihat fotonya terpampang
di mading. Dan gue berpikir ini ulah Patpat yang nempelin foto Deem di mading. Deem
dengan emosi langsung ngambil fotonya dan menghadap ke arah gue yang ada di
belakangnya. Dia mencurigai gue yang melakukannya. Pas di kelas tadi soalnya
gue ketawa-tawa bareng Patpat yang ngecengin Deem. Dengan emosi Deem mengitrogasi
gue. Ngeri loch…
Deem : “Lu tau kan Man? Gue paling gak suka becanda
kayak gini?” (bola matanya hamper keluar)
Gue : “Lah bukan gue yang nempelin. Gue gak ngapa-ngapain
em.. patpat kali noh yang ngetawain lu mulu”.
Deem pun dengan penuh emosi langsung
berjalan ke kelas untuk melabrak Patpat. Gue dan Dokter pun mengikutinya. Dan gue
gak tau kalo Patpat sampe nempelin foto ke mading. Dan gak duga Deem bakal
murka. Di kelas Patpat sedang ngobrol sama Danil dan Doy. Sesampainya di kelas
Deem segera menghampiri Patpat. Dengan tatapan penuh kebencian Deem langsung
mengeluarkan jurus Rasengan dan
segera memukulkan rasengannya ke Patpat. Patpat pun membalas, dengan merapal segel
tangan, dan mengeluarkan jurus Chidori
andalannya.
Maap yang tadi itu fiktif belaka. Lanjut
adegan sebenarnya. Deem segera menghampiri Patpat. Dengan tatapan penuh kebencian.
Deem langsung mencekik leher Patpat yang sedang duduk. Choke Slam! Ngeri loch… Deem
menarik Patpat dan posisinya berdiri dan Patpat disandar ke tembok dengan
posisi masih tercekik tangan Deem.
Deem : “Jangan main-main lo sama gue, gue gak suka
becanda kayak gitu!” (Sambil mencekik dan melotot)
Patpat : “Ampun
em, ampun em”.
Deem
terus mencekik seakan ingin mematahkan leher Patpat. Anak-anak yang lain pun
memprovokasi mereka berdua. Anak-anak yang ada di kelas tersontak kaget dan
hanya melihat kejadian tersebut. Anak-anak kelas lain pun menyaksikan
pertarungan maha dasyat tersebut dari jendela kelas. Berbagai wartawan dari
dalam maupun mancanegara pun datang dan meliput aksi mereka.
Danil : “Tampol
Pat! Hajar Pat!”
Doy : “Pukul
le! Pukul!...”
Dan segera yang menonton pertarungan
itu berinisiatif melerai pertarungan berat sebelah mereka. Patpat sudah ngos-ngosan
gak bisa nafas. Deem dan Patpat akhirnya terpisah dan Patpat segera pindah
tempat ke bangku pojok kanan di belakang. Tapi Deem segera menghampirinya lagi.
Patpat yang panik akhirnya mencoba strategi bertahan 5-3-2. Deem yang sudah
berjarak satu meter dengan Patpat, segera ia tendang dengan jurus kungfu tendangan
gajah ting-ting. Deem segera menghindar. Patpat hanya menendang meja, sasarannya
meleset. Patpat segera bertahan dengan menendangi meja dan kursi agar Deem tak
berani mendekat.
Patpat : “Ngent*t
lo… ngent* lo!...” (sambil nendangin meja)
Danil : “Pukul
pat! Pukul!” (memprovokasi)
Dan akhirnya kedua belah pihak di
pisahkan dan segera ditenangkan. Gue dan Dokter segera menenangkan Deem. Dan Patpat
ditenangkan Doy dan Danil.
Dokter : “Parah
lu em”.
Deem : “Gua
paling gak suka becanda kayak gitu”
Gue : “Udeh
udeh sabar”.
Setelah pertarungan tersebut Deem
dan Patpat tak saling bicara dalam jangka waktu yang lama. Deem sudah beritikad
baik meminta maaf duluan ke Patpat namun Patpat seperti tak membuka Pintu maaf.
Akhirnya persahabatan yang terjalin puluhan tahun, harus kandas dan mereka haru
bercerai. Di kelas mereka berdua sama sekali tak ngobrol atau becanda seperti
biasa. Setelah gue tanya ke Patpat, alasan dia gak maafin Deem, adalah karena ia
merasa sudah dipermalukan. Dan tak menghiraukan Deem lagi. Gue, Dokter dan
Bocker sahabat mereka mencoba menyatukan mereka lagi, dengan banyak cara, contohnya
merujuk minta maaf, main bareng sampe menjebak mereka berkumpul bersama. Tapi apa
daya, Deem yang mau bersahabat lagi, tapi Patpatnya gak memperdulikan
persahabatannya.
Senin, 12 Januari 2015
Boker (Part II)
Cerita ini sama seperti halnya “Boker”
diangkat dari kisah nyata. Gue gak tau persisnya kapan. Tapi, waktunya kira-kira
gak lama berselang setelah peristiwa “Boker Part I”. Kali ini gue sendiri yang
merasakannya langsung. Kejadian ini bertempat di sebuah Masjid Besar di
bilangan Cipinang.
nampak depan Masjid
Masjid ini merupakan masjid terbesar di komplek
perumahan Cipinang. Masjid ini bila hari Jumat, akan dipenuhi umat Islam yang
hendak shalat Jumat. Masjid ini bertingkat dua, dan menjadi tempat Sekolah Islami
bagi anak-anak. Masjid ini cukup bersih, dari segi kebersihan lantai, toilet
maupun halaman dan jalan sekitar Masjid. Masjid ini memiliki tempat wudhu utama
di lantai dasar yang juga terdapat toilet. Di lantai dua juga terdapat dua toilet
yang khusus digunakan bagi siswa-siswi, tapi boleh dipergunakan juga untuk
umum.
Nah, sepertinya sudah lumayan jelas lah
gue mendeskripsikan lokasi TKP. Saatnya mengulas tragedy ini. Masih dengan actor
utama kita, si Boy yang akan membintangi cerita tragedi ini.
Pada suatu hari…. (Kayak Kartun Malaysia)
Setiap jumat pastinya gue lelaki tulen dan
Alhamdulilah Islam, melaksanakan kewajiban kami, yaitu Shalat Jumat. Dan hampir
setiap Jumat pula gue bareng-bareng partner gue si Boy berangkat ke Masjid di
komplek perumahan tersebut. Tapi Jumat ini gue gak bareng ke Masjid dengan Boy.
Boy sudah berangkat lebih dulu, karena gue agak telat nyamper dia.
Gue pun beranjak sendiri ke Masjid dengan
berjalan kaki lewati gang yang baunya seperti bulu ayam. Ya, gang ini
bertembok, yang dibalik tembok tersebut ada tempat penjagalan ayam, ngeri loch…
kalo gak pake masker atau penutup hidung, bisa-bisa muntah, huekkk.
Sampai di depan Masjid, nampaknya lantai
satu dan dua telah dipadati jama’ah oh jama’ah… Alhamdu….lillah. loch kok jadi
mamah ded*h…
Biasanya bocah-bocah walaupun kondisi sepi
pun banyak yang duduk-duduk di luar Masjid. Mereka duduk di atas motor yang
diparkir sampai khotbah selesai. Sampai saat ini gue suka aneh sendiri apa yang
mereka pikirkan. Kalo mereka di luar, otomatis saat Iqamah di dalam Masjid
pasti akan padat dan mereka yang di luar mau gak mau harus shalat di luar Masjid
alias di jalanan tempat markir motor. Kalo kata temen gue yang suka mencekik “mereka
nyembah motor”. Yaiyalah pas mereka sujud, di depan mereka terbaris rapih
jejeran motor. Loch kok malah ngomongin orang?
Nah, gue pun masuk ke Masjid, ke lantai
dua tepatnya. Biasanya gue sama Boy, atau Jono shalat di lantai dua. Tepatnya di
balkon Masjid. Balkon Masjid biasanya diisi oleh bocah-bocah alay, ataupun
ABG-ABG. Mas-mas jamet biasanya di dalem Masjid.
Gue pun naik tangga yang udah karatan buat
ke lantai dua, masa iye naik lift? Naik-naik-naik, akhirnya sampai, sungguh
melelahkan. Beberapa anak tangga menuju bibir tangga gue melihat temen gue si Boy
dengan ekspresi lutungnya hendak ke bawah.
Gue : “Boy,
mau ngapain lu?”
Boy : “Kebelet
nih gue, mau boker bentar…” (tergesa-gesa)
“Oh iye, tolong jagain sajadah sama tempat
gue ye…”
Gue : “Gokil
lo.. yaudeh gih..”
Boy pun dengan buru-buru nurunin tangga
menuju jamban terdekat. Eh, toilet maksudnya.
Dan gue pun duduk di pinggiran balkon,
gue duduk di depan posisi sajadah Boy. Sambil dengerin khotbah, main hape biar
gak ngantuk. 15 menit kemudian, lagi asik main hape tiba-tiba Boy dateng dengan
raut wajah seperti lutung gak dikasih makan.
Gue : “Udehan
lu?”
Boy : “Udah,
tapi sial banget gue..” (muka melas)
Gue : “Lah? Sial
kenape Boy?”
Boy : “Pas
gue lagi boker airnya mati” (masih melas)
Gue : “Lah?
Terus lu boker gimana? Gak disiram ye? Hahaha.”
Boy : “Nah
makanya itu, gokil sumpah!”
Gue : “Bener-bener
gokil lu.. Lu kagak cebok dong?”
Boy : “Abisnya,
gimana lagi? Aer gak nyala, cebok pake apaan gue? Pake koran?”
Gue : “Sumpah
gokil… terus lu shalat kagak sah dong? Sana lu! jangan deket-deket gue..”
Boy : “Ah
parah lu… gue juga rishi kali…”
Gue : “Hahaha
jijik banget gue sumpah…”
Kami pun duduk di tempat masing-masing,
Boy di belakang gue dan gue di depan si Boy. Gue ngebayangin kalo jadi Boy,
pasti rishi banget kalo belon cebok. Rasanya lengket-lengket gimana gitu. Tapi anehnya
kok gak bau ya? Gue Cuma ketawa-tawa dalem hati. Masa iya ketawa lepas, malu
lah sama jamaah oh jamaah.
Iqamah pun berkumandang. Semua jama’ah
berdiri untuk shalat. Takbir pun diucap sang Imam. Sampai akhirnya takbir kedua
menunjukan kami harus Rukuk. Saat posisi rukuk, Boy melakukan kekonyolah lagi. Ia
menyundul pantat gue dengan sengaja. Nyaris aja gue ketawa. Bahkan dalam satu
rukuk ia menyundul gue dua kali. Doi bener-bener jadi setan kali ini, gangguin
orang shalat.
Di rakaat kedua pun begitu, saat rukuk doi
menyundul pantat gue dengan kepalanya. Dalam benak gue bertanya-tanya, gokil
bener si Boy pasti gara-gara boker gak cebok. Akhirnya salam pun diucap Imam menandakan
Shalat Jumat telah berakhir. Gue dan jamaah lainnya berdoa. Sesekali gue tengok
ke belakang, Boy Cuma cengar-cengir kayak orang gila.
Gue : “Kampret..
maksud lu apa coba, nyundul-nyundul pantat gue?!” (nada bercanda)
Boy : “Haha
supaya lu merasakan apa yang gue rasakan…”
Gue : “Bener-bener
gokil lu… kagak ngaruh pe’ak.. balik-balik…”. (ngajak pulang)
Gue dan Boy pun bergegas pulang. Dan dia
mengambil jalan pulang yang berbeda supaya cepet sampe rumah. Gue tau dia pasti
rishi banget, secara..serpihan tai nyelempit di sempak dia.
Boy, You da real MVP!!!
Boker
Ini kejadian di tahun 2011. Ini kisah nyata, bukan
fiktif atau dongeng. Berlatar tempat di sebuah warnet di bilangan Cipinang
Muara. Cerita ini gue tulis dengan pengakuan dan emik (sudut pandang) dari dua
actor cerita sendiri.
Gue punya dua orang teman. Teman gue ini dulunya teman
SMP Gue dan sekarang menjadi teman bermain. Teman gue yang pertama sebut saja
ia Boy (bukan nama asli). Doi orang nya konyol, kocak dan asik. Dan teman gue
yang kedua sebut saja Jono. Kalo si Jono orangnya agak pendiam walau kadang
agak cerewet kalo lagi cerita.. Mereka berdua rumahnya berdekatan. Kami bertiga
sering main, ya walaupun gue lebih sering main sama si Boy, karena si Jono udah
sibuk kerja.
Langsung saja gue ulas ceritanya.
Pada suatu hari…… (kayak kartun Malaysia)
Dulu waktu jaman-jamannya susah online di
hape atau modem dansejenisnya belom tenar, warnet-warnet menjamur bertebaran.
Warnet hamper setiap harinya dipenuhi pencari koneksi. Apa lagi warnet yang
khusus untuk gamers. Pasti tiap hari disesaki bocah-bocah yang antusias buat
main game. Demi meraup untung, warnet-warnet memang menyuguhkan layanan game,
karena banyak sekali peminatnya. Warnet yang sepi dari hingar bingar game pun
sulit dicari. Tapi kami punya 2 warnet yang ada di dekat rumah yang setidaknya
nyaman untuk online dan browsing dan tak ada unsur-unsur suguhan game bagi para
gamemania. Ya walaupun kecepatan koneksinya tidak terlalu cepat.
Warnet tempat kejadian perkara yaitu sebut
saja Mnet. Warnet ini memiliki tempat yang nyaman, dengan latar lesehan di
karpet. Setiap posisi PC berjauhan dengan PC lain dan disekat oleh
triplek-triplek yang mencapai tinggi langit-langit warnet. Jadi sangat nyaman
untuk privasi pelanggan yang sedang menggunakan internet, apa lagi untuk tempat
pacaran, wah wah.
Ilustrasi warnet yang paling mendekati
Selain itu warnet ini memiliki toilet di
luar warnet, yang tidak boleh digunakan untuk buang air besar, karena tidak ada
closet nya. Meskipun harga perjamnya cukup mahal yaitu Rp.4000/jam warnet ini
hampir setiap jamnya dipenuhi pelanggannya. Ya wajar saja, warnet ini
menyuguhkan kenyamanan.
Suatu malam, Boy dan Jono hendak pergi ke
warnet tersebut. Biasanya si Boy yang sering ngajak Jono atau pun gue buat main
di warnet. Namun kali itu, Jono lah yang menjadi korban keberingasan si Boy.
Biasanya Boy kalo lagi ngebet ke warnet rela ngeluarin motor dan menjemput
calon partnernya ke warnet. Dan si Jono pun dijemput untuk menuju lokasi warnet
yang jaraknya lumayan pegel kalo jalan kaki.
Tiba di warnet Boy bertanya kepada
mbak-mbak operator.
Boy :
“Mbak ada yang kosong nggak?”
Mbak OP :
”Ada mas, dua.”
Boy :
“Oke mbak. Ayo Jon...”. (mengajak Jono masuk).
Setibanya di lokasi PC, mereka duduk dan
menyalakan PC.
Jono :
“Main berapa nih Boy?”
Boy :
“120 menit aja..”
Jono :
“Yaudah.”
Mereka pun login personal dan segera
membuka browser. Setengah jam berlalu Boy merasa perutnya sangat melilit.
Namun, apa daya toilet warnet tak bisa dipakai untuk boker (re:buang air
besar). Tapi ia merasa sayang kalo harus logout untuk pulang. Karena billing
menunjukan Rp. 4000 dan ia baru masuk menit ke-32. Akhirnya Boy menemukan jalan
tengah, seakan-akan bola lampu muncul di atas kepalanya. Ia pun segera menuju
tempat tujuan dan meninggalkan lesehan PCnya.
Jono :
”Mau kemana Boy?”
Boy :
“Toilet, bentaran…”
Saat di meja operator Boy bertanya kepada
mbak-mbak operator. Bertanya toiletnya bias dipakai atau tidak, karena biasanya
toilet di warnet airnya ga ngalir atau apalah..
Boy :
“Mbak, toiletnya bias?”
Mbak OP :
“Bisa mas” (dengan muka datar)
Boy pun bergegas ke toilet dan menjalankan
misinya. Beberapa menit di toilet akhirnya Boy keluar dan kembali ke tempat
PCnya. Boy merasa lega dan terlihat semringah sehabis boker, bak selesai
menjalankan tugas Negara dengan mengorbankan nyawa. Boy pun melanjutkan
onlinenya.
Setelah 120 menit berlalu, akhirnya Boy
dan Jono logout dan bergegas pulang. Mereka menuju meja operator untuk bayar
billing warnet.
Boy :
“Jon, sekalian nih bayar ke op nya.”
Jono :
“Yaudeh mana sini”
Jono :
“Mbka dua ya, Rp. 12.000 kan mbak?”
Mbak OP :”
Iya.” (muka datar)
Tiba-tiba mbak-mbak operator melihat Boy
dengan raut penuh kecurigaan. Dan berkata seperti ingin melabrak si Boy. Boy
pun seperti rada-rada malu.
Mbak OP :
”Mas, mas yang tadi abis dari toilet kan?” (dengan nada keras)
Boy :
“Iya mbak, emang kenapa?”
Mbak OP : “Yang bener aja dong mas! Gak bisa
baca tulisan di depan pintu WC?! Udah tau gak boleh boker! Tapi malah boker di
situ! Jorok banget sih! Liat tuh, tainya masih berceceran noh di WC!
Boy : “Maap mbak, abisnya saya
kebelet banget mau keluar tadi, kalo pulang pasti gak keburu.”
Mbak OP :
“Makanya kalo mau ke warnet boker di rumah dulu!
Boy :
”Ya mbak, map-maap..” (ekspresi malu)
Boy merasa sangat malu, karena suara
mbak-mbak operator bisa aja kedengeran sama seluruh penghuni warnet. Jono pun
hanya tertawa walaupun dalam hati hatinya tertawa terbahak-bahak, tapi demi
menghargai temannya itu ia hanya tertawa kecil, nyengir gitu. Boy pun segera
mengajak Jono Pulang.
Boy :
“Jon, Jon, ayo balik…”
Jono :
“Hahaha, yaudah.”
Mbak OP :
“Dasar Jorok!”
Boy dan Jono segera menuju tempat parker
dan buru-buru pulang. Di motor, Jono tertawa terbahak-bahak dan menanyakan
kebenaran kejadian jenaka tersebut. Boy pun menceritakan semuanya, karena doi
emang tipe orang yang terbuka.
Boy : “Anj*ng, malu banget gue
sumpah Jon! Udah mbak-mbaknya bawel banget…” (dengan nada bercanda)
Jono :
“Hahahhaha lagian ada-ada aja sih lu, pake boker segala… hahhaha”
Boy : “Ah, gak usah main di situ
lagi Jon, kalo ketemu mbak-mbak tadi malu banget gue.”
Jono :
“Hahahahhaha payah lu Boy…”
Akibat kejadian tersebut, hilanglah satu link warnet
yang enak online untuk Boy. Boy will miss that.
Langganan:
Postingan (Atom)