Go:Blog
"How to Influence"
Kamis, 16 April 2015
Senin, 19 Januari 2015
Pilar Perubahan: Hukum
Bicara soal Hukum, sebenarnya kita telah mengenal hukum sedari masih
kecil. Orang tua akan memberi hukuman jika anaknya melanggar peraturan yang
dibuat di lingkungan keluarga. Seperti, seorang anak jika ketahuan berkelahi
akan dihukum tak boleh bermain beberapa hari, atau tidak diberikan uang jajan. Tapi
kadang didikan dari orang tua juga kurang bisa membentuk pribadi muda yang kuat
pendiriannya.
Pada akhirnya, lingkungan lah yang akan membentuk pribadi seseorang. Akan
Menempuh jalur yang mana, seseorang akan terbentuk pribadinya. Dan generasi yang
lebih tua akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya. Bisa saja
generasi tua menanamkan segala kehendaknya kepada generasi muda yang masih
polos. Dan generasi penerus yang harusnya menjadi agen perubahan tersebut,
kemungkinan meneruskan budaya negatif generasi tua tersebut.
Hukum ada di sekitar kita. Pernah mendengar isu bahwa polisi tidak diperbolehkan
menilang anak polisi? Atau pejabat penguasa yang tak tersentuh hukum? Atau hal
lain yang membuat hukum tak tajam kala berhadapan dengan kalangan atas? Ya, itu
semua adalah masalah yang selalu dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut tentunya
sangat membuat hati rakyat biasa kecewa.
“Hukum tajam ke
bawah tetapi tumpul ke atas” adalah makna khiasan yang juga sering kita dengar
saat ini. Maling ayam, maling sandal semuanya bisa dipidanakan sesuai
ketentuan. Tapi jika kita menoleh ke atas, di saat pejabat yang merampok harta
rakyat hanya, dihukum dengan satu digit tahun penjara atau sulit tersentuh jerathukum,
kita akan memperoleh sebuah ironi besar terhadap Sila ke-5 Pancasila. Hukum
memang tak pernah salah. Tapi aparatur yang bermain dengan hukum lah yang
salah.
Lalu kita harus bagaimana menghadapinya? Apakah harus “mentok” dengan pemikiran
“Ah, kita bisa apa? Wong kita Cuma rakyat biasa.”? Sungguh, pemikiran tersebut
tak akan mengubah apa pun. Hanya akan membuat konstitusi semakin “lembek ke
atas”. Akan membuat budaya “cuek bebek” terus lestari. Dan akan membuat sikap “wajar”
dan membiarkan pembiaran hal-hal yang “salah” terus berlanjut. Hingga kapan? Kapan
semua itu berakhir? Kapan Indonesia setara Singapura?
Setidaknya, harapan demi harapan terus tersandarkan di pundak generasi-generasi
muda. Harapan demi harapan juga tertabur dalam hati sang penyelamat negeri. Namun,
harapan-harapan perubahan itu akan hanya menjadi harapan jika tak ada perubahan
sikap dalam diri setiap insan muda Indonesia.
Generasi yang patuh Hukum dan mampu menegakkan Hukum adalah yang
dibutuhkan Indonesia menuju perubahan. Hukum yang tegas memang bukan
satu-satunya hal yang dapat memajukan Indonesia, tapi tegaknya hukum dapat menjadi
panduan bangsa menjadi besar dan bermartabat.
Kamis, 15 Januari 2015
Liverpool & Juventus Were Colouring My Life
Juventus dan Pertama Kali Tau Bola
Klub pertama yang gue suka adalah JUVENTUS. Gue akan berbagi cerita
tentang pertama kali gue tau bola. Dari zaman gue kecil atau pas waktu SD gue
gak tau tau banget tentang sepak bola. Sesekali nonton bola itu pun juga Cuma nonton
sepintas aja. Waktu zaman gue SD, Liga Serie-A Italia itu lagi tenar-tenarnya. Dan
saat itu Juventus bagai menjadi raja dan nama Juve sangat popular saat itu. Ya namanya
juga bocah kan, Cuma ikut-ikutan aja. Gue pun mulai suka sama Juve walaupun
jarang pake banget nonton pertandingannya.
Saat itu gue hampir
hafal semua pemain utama Juventus. Terutama Idola pertama gue, si pirang Pavel
Nedved. Pemain-pemain lain yang gue hafal, Del Piero, Trezeguet, Camoranesi,
Thuram, Vieira, Edgar Davids, Buffon, Gianluca Zambrotta. Tapi saat main bola
di lapangan, gue dipanggil sama temen gue Dayat, Thuram dan Dayat menyebut
dirinya Zambrotta. Haha. Padahal mah sekarang dia jadi fans MU. Well, gak
apa-apa Thuram, karena gue juga suka sama bek tangguh yang satu ini.
Memasuki tahun
2004-2005 ke atas, pamor Serie A mulai turun karena scandal Calciopoli, dan tayangan
Serie-A sudah sulit ditonton. Pada akhirnya, gue udah mulai gak dapet berita
apa-apa. Namanya juga suka, belom cinta, jadinya gak terlalu peduli. Dan gue
juga belom tau bola saat itu.
Now, I’m Liverpudlian
Klub pertama yang gue cinta adalah
Liverpool. Suka dan cinta itu
beda gan! Hehe. Cerita pertama kali gue menjadi seorang Liverpudlian tak bisa dipisahkan
dari ajang taruhan saat masih kelas 2 SMP. Saat itu temen-temen gue pada
taruhan. Yang gue tau taruhan itu Cuma antara dua orang. Tapi gue baru tau, ada
juga taruhan masal. Ya namanya juga masih polos ye gak. Jadi waktu itu,
temen-temen gue mau taruhan pertandingan Liverpool vs Arsenal (2006). Dan taruhannya
itu tebak skor dan juga nama pencetak gol pertama. Gue pun ditawarin buat ikut
apa nggak. Yaudah gue ikut-ikutan aja, buat seru-seruan. Gue lupa waktu itu
masang skor berapa, yang jelas gue masang Arsenal menang karena gue taunya
Arsenal dan gak tau Liverpool itu gimana.
Gue pun menonton pertandingan livenya. Gue masih inget banget, Liverpool
main kandang dengan jersey merah Adidasnya. Dan Arsenal dengan jersey
kuningnya. Dan tiba-tiba skor udah 3-0 aja buat keunggulan Liverpool. Ketiga gol
dicetak oleh penyerang setinggi 2 meter lebih yaitu Peter Crouch. Dan skor
berkesudahan 4-1 untuk Liverpool dengan tambahan gol Daniel Agger. Gak ada yang
menang taruhan gan! Nah itu adalah pertandingan LIverpool pertama yang gue tonton.
Selanjutnya diajang Champions League anak-anak juga pada taruhan gan. Soalnya
partai Final 2006/2007, Liverpool vs AC Milan. Tapi gue gak ikut taruhan. Karena
anak-anak pada boomingin pertandingan
itu, yaudeh gue juga penasaran lah. Akhirnya gue pun nonton pertandingan
tersebut dengan bangun dini hari. Saat itu gue berharap banget Liverpool yang
menang, entah kenapa.
Pertandingan tersebut digelar di Olympic Stadium, Athena, Yunani.
Liverpool mengenakan seragam merah, sama saat pertama kali gue nonton. Dan Milan
dengan seragam yang katanya seragam hokinya yaitu putih-putih. Di starting line-up gue gak ngeliat nama Peter
Crouch yang pas gue tonton cetak hattrick.
Saat pertandingan ini, sudah mulai tumbuh benih-benih cinta gue terhadap
Liverpool. Saat Liverpool dijebol oleh F. Inzaghi yang cuma kena dagu doi dari
tendangan bebas Pirlo, hati gue serasa tercabik-cabik. Terlebih saat Inzaghi menggocek
Reina untuk mencatatkan namanya di papan skor untuk gol kedua. Dan gue sudah mulai
belajar menganalisis seandainya Crouch dipasang sejak awal, mungkin Liverpool
akan memiliki gol. Karena saat ia masuk menjad pemain pengganti, Serangan
Liverpool menjad hidup. Tapi sayang sekali, gol telat dari Dirk Kuyt tak mampu
membuat Liverpool mengimbangi Milan. Skor pun berkesudahan 2-1- untuk Milan. Dan
gue pun sedih saat Milan mengangkat trofi.
Selidik punya selidik, Liverpool pernah bertemu Milan di final tahun 2005
di Istanbul Turki. Dan pertandingan tersebut menjadi keajaiban dalam sepak
bola. Karena di saat Liverpool tertinggal 3-0 dari Milan, Liverpool mampu
membalas Milan 3 gol untuk mengimbangi Milan, dan akhirnya menang adu penalti. Liverpool
menjadi juara Champions Leage ke-5 kalinya.
Sampai detik ini gue terus mengikuti sepak terjang Liverpool dengan
mencari berita seputar Liverpool. Dan mulai tau namanya musuh Liverpool. Yaitu Manchester
United. Dan gue sangat menikmati saat berdebat dengan Mancunian alias Munyuk. Hahaha.
Pertama Kali Menonton Liverpool Langsung Di
Stadion
Sebagai seorang Fans, pastinya sangat berkeinginan melihat aksi klub
kesayangan langsung di stadion. Ya, itulah yang sudah gue lakukan. Dan pastinya
bukan di Anfield lah. Gue menonton Liverpool di stadion Gelora Bung Karno, saat
pertandingan antara Indonesia XI vs
Liverpool pada tahun 2013
bersama teman-teman kampus gue. Pertandingan ini merupakan bagian dari tur pra
musim Liverpool. Sangat puas melihat aksi penggawa-penggawa Liverpool tersebut.
Gue berharap bisa menonton Liverpool langsung di Anfield Stadium suatu saat
nanti.
Saat ini gue memang menaruh sebagian besar hati gue kepada Liverpool. Tapi
sebagai klub pertama yang gue tau dan gue suka, Juventus gak akan pernah
kehilangan tempat di hati gue. Dua Tim itu yang menjadi salah satu hidup gue
berwarna.
So, kapan gue pertama kali bisa melihat mereka bertanding bersama?
Langganan:
Postingan (Atom)