Ini kejadian di tahun 2011. Ini kisah nyata, bukan
fiktif atau dongeng. Berlatar tempat di sebuah warnet di bilangan Cipinang
Muara. Cerita ini gue tulis dengan pengakuan dan emik (sudut pandang) dari dua
actor cerita sendiri.
Gue punya dua orang teman. Teman gue ini dulunya teman
SMP Gue dan sekarang menjadi teman bermain. Teman gue yang pertama sebut saja
ia Boy (bukan nama asli). Doi orang nya konyol, kocak dan asik. Dan teman gue
yang kedua sebut saja Jono. Kalo si Jono orangnya agak pendiam walau kadang
agak cerewet kalo lagi cerita.. Mereka berdua rumahnya berdekatan. Kami bertiga
sering main, ya walaupun gue lebih sering main sama si Boy, karena si Jono udah
sibuk kerja.
Langsung saja gue ulas ceritanya.
Pada suatu hari…… (kayak kartun Malaysia)
Dulu waktu jaman-jamannya susah online di
hape atau modem dansejenisnya belom tenar, warnet-warnet menjamur bertebaran.
Warnet hamper setiap harinya dipenuhi pencari koneksi. Apa lagi warnet yang
khusus untuk gamers. Pasti tiap hari disesaki bocah-bocah yang antusias buat
main game. Demi meraup untung, warnet-warnet memang menyuguhkan layanan game,
karena banyak sekali peminatnya. Warnet yang sepi dari hingar bingar game pun
sulit dicari. Tapi kami punya 2 warnet yang ada di dekat rumah yang setidaknya
nyaman untuk online dan browsing dan tak ada unsur-unsur suguhan game bagi para
gamemania. Ya walaupun kecepatan koneksinya tidak terlalu cepat.
Warnet tempat kejadian perkara yaitu sebut
saja Mnet. Warnet ini memiliki tempat yang nyaman, dengan latar lesehan di
karpet. Setiap posisi PC berjauhan dengan PC lain dan disekat oleh
triplek-triplek yang mencapai tinggi langit-langit warnet. Jadi sangat nyaman
untuk privasi pelanggan yang sedang menggunakan internet, apa lagi untuk tempat
pacaran, wah wah.
Ilustrasi warnet yang paling mendekati
Selain itu warnet ini memiliki toilet di
luar warnet, yang tidak boleh digunakan untuk buang air besar, karena tidak ada
closet nya. Meskipun harga perjamnya cukup mahal yaitu Rp.4000/jam warnet ini
hampir setiap jamnya dipenuhi pelanggannya. Ya wajar saja, warnet ini
menyuguhkan kenyamanan.
Suatu malam, Boy dan Jono hendak pergi ke
warnet tersebut. Biasanya si Boy yang sering ngajak Jono atau pun gue buat main
di warnet. Namun kali itu, Jono lah yang menjadi korban keberingasan si Boy.
Biasanya Boy kalo lagi ngebet ke warnet rela ngeluarin motor dan menjemput
calon partnernya ke warnet. Dan si Jono pun dijemput untuk menuju lokasi warnet
yang jaraknya lumayan pegel kalo jalan kaki.
Tiba di warnet Boy bertanya kepada
mbak-mbak operator.
Boy :
“Mbak ada yang kosong nggak?”
Mbak OP :
”Ada mas, dua.”
Boy :
“Oke mbak. Ayo Jon...”. (mengajak Jono masuk).
Setibanya di lokasi PC, mereka duduk dan
menyalakan PC.
Jono :
“Main berapa nih Boy?”
Boy :
“120 menit aja..”
Jono :
“Yaudah.”
Mereka pun login personal dan segera
membuka browser. Setengah jam berlalu Boy merasa perutnya sangat melilit.
Namun, apa daya toilet warnet tak bisa dipakai untuk boker (re:buang air
besar). Tapi ia merasa sayang kalo harus logout untuk pulang. Karena billing
menunjukan Rp. 4000 dan ia baru masuk menit ke-32. Akhirnya Boy menemukan jalan
tengah, seakan-akan bola lampu muncul di atas kepalanya. Ia pun segera menuju
tempat tujuan dan meninggalkan lesehan PCnya.
Jono :
”Mau kemana Boy?”
Boy :
“Toilet, bentaran…”
Saat di meja operator Boy bertanya kepada
mbak-mbak operator. Bertanya toiletnya bias dipakai atau tidak, karena biasanya
toilet di warnet airnya ga ngalir atau apalah..
Boy :
“Mbak, toiletnya bias?”
Mbak OP :
“Bisa mas” (dengan muka datar)
Boy pun bergegas ke toilet dan menjalankan
misinya. Beberapa menit di toilet akhirnya Boy keluar dan kembali ke tempat
PCnya. Boy merasa lega dan terlihat semringah sehabis boker, bak selesai
menjalankan tugas Negara dengan mengorbankan nyawa. Boy pun melanjutkan
onlinenya.
Setelah 120 menit berlalu, akhirnya Boy
dan Jono logout dan bergegas pulang. Mereka menuju meja operator untuk bayar
billing warnet.
Boy :
“Jon, sekalian nih bayar ke op nya.”
Jono :
“Yaudeh mana sini”
Jono :
“Mbka dua ya, Rp. 12.000 kan mbak?”
Mbak OP :”
Iya.” (muka datar)
Tiba-tiba mbak-mbak operator melihat Boy
dengan raut penuh kecurigaan. Dan berkata seperti ingin melabrak si Boy. Boy
pun seperti rada-rada malu.
Mbak OP :
”Mas, mas yang tadi abis dari toilet kan?” (dengan nada keras)
Boy :
“Iya mbak, emang kenapa?”
Mbak OP : “Yang bener aja dong mas! Gak bisa
baca tulisan di depan pintu WC?! Udah tau gak boleh boker! Tapi malah boker di
situ! Jorok banget sih! Liat tuh, tainya masih berceceran noh di WC!
Boy : “Maap mbak, abisnya saya
kebelet banget mau keluar tadi, kalo pulang pasti gak keburu.”
Mbak OP :
“Makanya kalo mau ke warnet boker di rumah dulu!
Boy :
”Ya mbak, map-maap..” (ekspresi malu)
Boy merasa sangat malu, karena suara
mbak-mbak operator bisa aja kedengeran sama seluruh penghuni warnet. Jono pun
hanya tertawa walaupun dalam hati hatinya tertawa terbahak-bahak, tapi demi
menghargai temannya itu ia hanya tertawa kecil, nyengir gitu. Boy pun segera
mengajak Jono Pulang.
Boy :
“Jon, Jon, ayo balik…”
Jono :
“Hahaha, yaudah.”
Mbak OP :
“Dasar Jorok!”
Boy dan Jono segera menuju tempat parker
dan buru-buru pulang. Di motor, Jono tertawa terbahak-bahak dan menanyakan
kebenaran kejadian jenaka tersebut. Boy pun menceritakan semuanya, karena doi
emang tipe orang yang terbuka.
Boy : “Anj*ng, malu banget gue
sumpah Jon! Udah mbak-mbaknya bawel banget…” (dengan nada bercanda)
Jono :
“Hahahhaha lagian ada-ada aja sih lu, pake boker segala… hahhaha”
Boy : “Ah, gak usah main di situ
lagi Jon, kalo ketemu mbak-mbak tadi malu banget gue.”
Jono :
“Hahahahhaha payah lu Boy…”
Akibat kejadian tersebut, hilanglah satu link warnet
yang enak online untuk Boy. Boy will miss that.