Rabu, 14 Januari 2015

The Strangler vs The Kicker

Ini merupakan kisah nyata, pengalaman gue sewaktu sekolah tingkat atas. Tulisan ini gue tulis berdasarkan etik (sudut pandang penulis) karena gue merupakan saksi kunci tragedi ini muehehehe. Sebenarnya bingung harus mulai dari mana, tapi akan gue coba mengupas setuntas mungkin.
Tragedi ini terjadi di salah satu sekolah negeri di Jakarta. Tepatnya di ruang kelas XII IPS 3. Terjadi saat kelas XII semester dua atau tahun 2011 awal. Gue punya dua temen yang akan membintangi cerita ini. Yang pertama ialah Deem (bukan nama sebenarnya). Deem posisi duduknya kalo di kelas tepat di depan gue. Doi sok cool (kalo kata cewek), selalu tegap, duduk tegap, makan tegap, naik motor tegap, berak pun tegap. Dan doi sixpack, berotot karena sering ngangkatin tabung freon kulkas bokapnya. xixixixi.
Dan temen gue yang satu lagi bernama Patpat atau Papat atau 44 (bukan nama sebenarnya). Doi orangnya freak, pendiam, tapi dia temennya banyak, pentolan-pentolan sekolah semua kenal sama dia. Heran gue. Kalo di kelas doi suka disuruh-suruh sama si boss muka boros, yang kata temen gue Doy, si boss suka garuk-garuk pantat. “Pat, kerjain LKS gue!” bahkan tanpa upah ia ikhlas mengerjakan tugas si boss. Malang nasib mu nak. Xixixixi.
            Deem dan patpat adalah sahabat akrab dari kelas XI. Secara, mereka berdua sekelas dan kelas XII sekelas lagi. Saking akrabnya, bercanda di kelas bareng, pulang bareng, ke warnet bareng, mandi bareng, tidur bareng. Eh, 2 hal terakhir bohong deng. 
            Patpat di kelas duduknya bareng brandal-brandal. Sedangkan Deem duduk di jajaran depan dan mainnya sama anak-anak goa. Uluululullu…. Personel anak goa antara lain; yang pertama pastinya ada gue yang cupu. Kedua, so pasti, deem si tegap. Lanjut, ada teman sebangku deem, panggil aja dia Dokter. Si dokter gemar mengoleksi botol Kianfi (Obat penggemuk badan), karena saat ke rumah doi, di kamarnya ditemukan botol-botol kianfi kosong, ngeri loch..
Anak goa selanjutnya adalah hmm panggil aja dia Bernard dengan kuping lebarnya, sering diolok-olok dengan “Bernard can fly to moon with ear”. Selain itu Bernard ke sekolah bawa tas gede yang beratnya Naujubileh... Bahkan ada guru yang menyindir, “kamu mau sekolah apa mau camping” xixixi jahat beud.
Nah, lanjut personel berikutnya yaitu pemilik bokong seksi nan montok, yang membuat cewek-cewek iri melihat bodynya yang kayak gitar Spanyol, panggil dia Bocker. Bokongnya sangat kencang karena doi pengguna Kozui Slimming Suit hehehe. Bocker juga hobi minjem hape temen. Pas minjem batere full, pas dibalikin udah lobet. Jahat beud.
Di kelas Patpat selalu ke tempat duduk barisan depan di mana tempat anak-anak goa bersembunyi dan ia selalu duduk satu bangku berdua deem. Sok sweet <3.
            Pada suatu hari di kelas, di saat jam kosong gak ada guru yang masuk, seperti biasa kami anak goa + patpat ngobrol dan bercanda. Deem dan dokter tiba-tiba hendak pergi ke toilet. Dan Patpat ditinggal sendiri di meja mereka. Bocker asik main hape pinjeman, sementara Bernard sibuk ngerjain tugas. Sementara gue cuma ngeliatin tingkah patpat.
            Di meja Deem tampak berserakan, buku-buku berceceran keluar tas. Dan ada foto deem ukuran 2x3 di meja. Patpat segera mengambil foto itu dan dikantongin di saku bajunya. Dalam benak gue, mau ngapain tuh anak sama foto Deem. Kemudian Patpat langsung maju ke depan kelas. Gue masih heran doi mau ngapain. Ternyata eh ternyata Patpat nempelin foto Deem yang tampan dan berani di selipan bingkai foto pak Presiden. Sambal lompat-lompat Patpat susah payah nempelinnya. Dan akhirnya tertempel.
            Foto sudah tertempel, Patpat pun duduk ke tempat Deem lagi. Patpat yang ngeliat gue cengar cengir, Cuma berkata, “diem diem, diem diem”. Dengan senyum penuh kelicikan, muehehe. Deem dan Dokter kembali dari toilet dan masuk kelas dengan aroma semerbak hehehe. Mereka berdua duduk ke tempat masing-masing dan Patpat beranjak berdiri langsung ke tempat duduk gue. Dari belakang Patpat nyeletuk “woy presiden, woy presiden”. Celetukan itu ia tujukan ke Deem, tapi Deem kayaknya gak menyadari dan gak ada respon. Akhirnya kami ngobrol-ngobrol aja sampai bel istirahat.
            Setelah bel istirahat berbunyi siswa-siswi ke kantin untuk jajan. Seperti biasa anak-anak goa ke lapak tukang ketoprak buat sarapan. Tukang ketoprak ini dijuluki “The Slow Motion” karena tukang ketoprak tersebut bikin sepiring ketoprak dengan gerakan yang sangat lambat. Gemulai tangannya sangat halus dan membuat pelanggan yang menggu ketoprak pesanannya geretan. Padahal sudah jadi tukang ketoprak bertahun-tahun, tapi speednya udah kayak karyawan baru magang, hadehhh. Gue dan Patpat berdiri menuggu ketoprak bersebelahan. Dan berbincang-pincang.
Patpat : “Haha sang presiden”.
Gue     : “Haha parah lo pat”.
            Patpat sepertinya senang banget ngerjain Deem, namun doi gak tau apa yang akan terjadi muehehehe. Setelah istirahat, kami masuk kelas, dan belajar seperti biasa. Bel istirahat shalat makan (Ishoma) pun berbunyi. Dan gue bertiga, dengan Deem dan Dokter menuju Masjid. Gue lupa si Bocker kemana waktu itu, mungkin lagi perawatan bokong di WC kali ye. Selesai Shalat Dzuhur kami bertiga bergegas ke kelas. Kami berjalan ke tangga menuju lantai dua. Di sekolah gue di persimpangan tangga biasanya ada mading (majalah dinding) tempat anak-anak nempelin poster, brosur dll. Lanjut, kami menuju tangga lantai tiga. Gue pun kaget, dan tercengang. Dengan matanya yang empat aja Deem mampu melihat fotonya terpampang di mading. Dan gue berpikir ini ulah Patpat yang nempelin foto Deem di mading. Deem dengan emosi langsung ngambil fotonya dan menghadap ke arah gue yang ada di belakangnya. Dia mencurigai gue yang melakukannya. Pas di kelas tadi soalnya gue ketawa-tawa bareng Patpat yang ngecengin Deem. Dengan emosi Deem mengitrogasi gue. Ngeri loch…
Deem  : “Lu tau kan Man? Gue paling gak suka becanda kayak gini?” (bola matanya hamper keluar)
Gue     : “Lah bukan gue yang nempelin. Gue gak ngapa-ngapain em.. patpat kali noh yang ngetawain lu mulu”.
Deem pun dengan penuh emosi langsung berjalan ke kelas untuk melabrak Patpat. Gue dan Dokter pun mengikutinya. Dan gue gak tau kalo Patpat sampe nempelin foto ke mading. Dan gak duga Deem bakal murka. Di kelas Patpat sedang ngobrol sama Danil dan Doy. Sesampainya di kelas Deem segera menghampiri Patpat. Dengan tatapan penuh kebencian Deem langsung mengeluarkan jurus Rasengan dan segera memukulkan rasengannya ke Patpat. Patpat pun membalas, dengan merapal segel tangan, dan mengeluarkan jurus Chidori andalannya.
Maap yang tadi itu fiktif belaka. Lanjut adegan sebenarnya. Deem segera menghampiri Patpat. Dengan tatapan penuh kebencian. Deem langsung mencekik leher Patpat yang sedang duduk. Choke Slam! Ngeri loch… Deem menarik Patpat dan posisinya berdiri dan Patpat disandar ke tembok dengan posisi masih tercekik tangan Deem.
Deem  : “Jangan main-main lo sama gue, gue gak suka becanda kayak gitu!” (Sambil mencekik dan melotot)
Patpat : “Ampun em, ampun em”.

            Deem terus mencekik seakan ingin mematahkan leher Patpat. Anak-anak yang lain pun memprovokasi mereka berdua. Anak-anak yang ada di kelas tersontak kaget dan hanya melihat kejadian tersebut. Anak-anak kelas lain pun menyaksikan pertarungan maha dasyat tersebut dari jendela kelas. Berbagai wartawan dari dalam maupun mancanegara pun datang dan meliput aksi mereka.
Danil   : “Tampol Pat! Hajar Pat!”
Doy     : “Pukul le! Pukul!...”

Dan segera yang menonton pertarungan itu berinisiatif melerai pertarungan berat sebelah mereka. Patpat sudah ngos-ngosan gak bisa nafas. Deem dan Patpat akhirnya terpisah dan Patpat segera pindah tempat ke bangku pojok kanan di belakang. Tapi Deem segera menghampirinya lagi. Patpat yang panik akhirnya mencoba strategi bertahan 5-3-2. Deem yang sudah berjarak satu meter dengan Patpat, segera ia tendang dengan jurus kungfu tendangan gajah ting-ting. Deem segera menghindar. Patpat hanya menendang meja, sasarannya meleset. Patpat segera bertahan dengan menendangi meja dan kursi agar Deem tak berani mendekat.
Patpat : “Ngent*t lo… ngent* lo!...” (sambil nendangin meja)
Danil   : “Pukul pat! Pukul!” (memprovokasi)

Dan akhirnya kedua belah pihak di pisahkan dan segera ditenangkan. Gue dan Dokter segera menenangkan Deem. Dan Patpat ditenangkan Doy dan Danil.
Dokter : “Parah lu em”.
Deem  : “Gua paling gak suka becanda kayak gitu”
Gue     : “Udeh udeh sabar”.


Setelah pertarungan tersebut Deem dan Patpat tak saling bicara dalam jangka waktu yang lama. Deem sudah beritikad baik meminta maaf duluan ke Patpat namun Patpat seperti tak membuka Pintu maaf. Akhirnya persahabatan yang terjalin puluhan tahun, harus kandas dan mereka haru bercerai. Di kelas mereka berdua sama sekali tak ngobrol atau becanda seperti biasa. Setelah gue tanya ke Patpat, alasan dia gak maafin Deem, adalah karena ia merasa sudah dipermalukan. Dan tak menghiraukan Deem lagi. Gue, Dokter dan Bocker sahabat mereka mencoba menyatukan mereka lagi, dengan banyak cara, contohnya merujuk minta maaf, main bareng sampe menjebak mereka berkumpul bersama. Tapi apa daya, Deem yang mau bersahabat lagi, tapi Patpatnya gak memperdulikan persahabatannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate