1.
Materi
Monopoli Perdagangan Bangsa Barat di Indonesia
VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie)
·
Sejarah Berdirinya VOC
Keberhasilan ekspedisi Belanda melakukan perdagangan
rempah-rempah mendorong pengusaha-pengusaha belanda yang lain untuk berdagang
ke Indonesia. Akibatnya, terjadilah persaingan di antara pedagang-pedagang
Belanda sendiri. Di samping itu, mereka harus menghadapi persaingan Portugis,
Spanyol dan Inggris.
Atas prakarsa dari dua tokoh Belanda, yaitu Pangeran Maurits dan Johan van
Olden Baenevelt, pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda bersatu menjadi
kongsi dagang besar yang diberi nama VOC (vereenigde Oost Indische Compagnie)
atau Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur. Pengurus pusat VOC terdiri
dari 17 orang. Pada Tahun 1602, VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang
dikepalai oleh Francois Wittert.
·
Tujuan didirikan VOC
Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut
:
a. Menghindari persaingan tidak sehat antara sesama
pedagang Belanda sehingga keuntungan maksimal dapat diperoleh.
b. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi
persaingan dagang dengan bangsa-bangsa Eropa maupun bangsa-bangsa Asia.
c. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang
berjuang meghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.
Agar dapat melaksanakan tugas dengan leluasa, VOC
diberi hak-hak istimewa oleh pemerintah Belanda, yang dikenal dengan Hak
Octroi meliputi :
1. Monopoli perdagangan;
2. Mencetak dan mengedarkan uang;
3. Mengangkat dan memberhentikan pegawai;
4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja;
5. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri;
6. Mendirikan benteng;
7. Menyatakan perang dan damai;
8. Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa
setempat.
·
Jan Pieterszoon Coen dan Nama Batavia
Jan Pieterszoon Coen
Jayakarta yang dipimpin oleh Wijayakrama ketika itu
sedang berselisih dengan negeri induknya, yaitu Banten yang dipimpin oleh
Ranamanggala. Pertentangan tersebut dimanfaatkan oleh Gubernur Jendral Jan
Pieterszoon Coen sehingga berhasil merebut Jayakarta. Orang-orang Banten yang
berada di Jayakarta diusir dan Kota Jayakarta dibakar. Pada tanggal 30 Mei
1619, J.P. Coen mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia, sesuai dengan nenek
moyang orang Belanda, yaitu Bataaf. Batavia kemudian dijadikan markas besar
VOC.
·
Politik Ekonomi VOC
Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC dalam
melaksanakan monopoli perdagangan antara lain :
a.
Verplichte Leverantie, yanitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga
yang telah ditetapkan VOC. Peraturan ini melarang rakyat menjual hasil buminya
selain kepada VOC.
b.
Contingenten, yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa
hasil bumi.
c. Peraturan
tentang ketentuan area dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam.
d.
Ekstirpasi, yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar
tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harganya merosot.
e. Pelayaran Hongi, yaitu pelayaran dengan
kapal Kora-Kora (perahu perang) untuk mengawasi pelaksanaan monopoli
perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
Agar
pelaksanaan monopoli tersebut benar-benar ditaati oleh rakyat, VOC mengadakan Pelayaran
Hongi. Pelayaran Hongi ialah patroli dengan perahu kora-kora, yang
dilengkapi dengan senjata, untuk mengawasi pelaksanaan monopoli di Maluku. Bila
terjadi pelanggaran terhadap peraturan tersebut di atas, maka pelanggarnya
dijatuhi hukuman.
Hukuman terhadap para pelanggar
peraturan monopoli disebut ekstirpasi. Hukuman itu berupa pembinasaan
tanaman rempah-rempah milik petani yang melanggar monopoli, dan pemiliknya
disiksa atau bisa-bisa dibunuh.
Bukan main kejamnya tindakan VOC
waktu itu. Akibatnya penderitaan rakyat memuncak. Puluhan ribu batang tanaman
pala dan cengkih dibinasakan. Ribuan rakyat disiksa, dibunuh atau dijadikan budak.
Ribuan pula rakyat yang melarikan diri meninggalkan kampung halamannya, karena
ngeri melihat kekejaman Belanda.
·
Monopoli VOC di Maluku
Untuk menguasai perdagangan
rempah-rempah, ia memaksakan monopoli, terutama di Maluku. Dalam usahanya
melaksanakan monopoli, VOC menetapkan beberapa peraturan, yaitu sebagai berikut
:
1. Rakyat Maluku dilarang menjual
rempah-rempah selain kepada VOC.
2. Jumlah tanaman rempah-rempah
ditentukan oleh VOC.
3. Tempat menanam rempah-rempah juga
ditentukan oleh VOC.


1.
Materi
Sistem Kerja Paksa
·
Kerja
Rodi
a. Pengertian Kerja Rodi
Kerja
Rodi memiliki arti kerja tanpa upah, tanpa istirahat demi membangun sebuah
benteng dan jalan raya, tanpa membantah apa yang telah diperintahkan oleh
tentara Belanda, dan menuruti apa yang diperintahkannya.
b. Latar Belakang Sistem Kerja Paksa
Setelah
lebih kurang 200 tahun berkuasa, akhirnya VOC (Kompeni) mengalami kemunduran
dan kebangkrutan. Hal ini disebabkan banyak biaya perang yang dikeluarkan untuk
mengatasi perlawanan penduduk, terjadinya korupsi di antara pegawai-pegawainya,
dan timbulnya persaingan dengan kongsi-kongsi dagang yang lain. Faktor-faktor
itulah, akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799, secara resmi VOC dibubarkan.
Kekuasaan VOC kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal ini
secara tidak langsung memengaruhi koloni Belanda di Indonesia. Perubahan
politik yang terjadi di Belanda, merupakan pengaruh revolusi yang dikendalikan
oleh Prancis.
Dalam
revolusi tersebut, kekuasaan raja Willem V runtuh, dan berdirilah Republik
Bataaf. Tidak lama kemudian Republik Bataaf juga dibubarkan dan Belanda dijadikan kerajaan di
bawah pengaruh Prancis, sebagai rajanya adalah
Louis Napoleon. Pada tanggal 1 Januari 1808 Louis Napoleon kemudian mengirim
Herman Willem Daendels sebagai gubernur
jenderal dengan tugas utama mempertahankan pulauJawa dari ancaman Inggris. Juga
diberi tugas mengatur pemerintahan di Indonesia.
Pada
tanggal 15 Januari 1808 Daendels menerima kekuasaan dari Gubernur Jenderal
Weise. Daendels dibebani tugas mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris,
karena Inggis telah menguasai daerah kekuasaan VOC di Sumatra, Ambon, dan
Banda. Sebagai gubernur jenderal, langkah-langkah yang ditempuh Daendels,
antara lain:
1) Meningkatkan
jumlah tentara dengan jalan mengambil dari berbagai suku bangsa di Indonesia.
2) Membangun
pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
3) Membangun
pangkalan armada di Anyer dan Ujung Kulon.
4) Membangun
jalan raya dari Anyer hingga Panarukan, sepanjang ± 1.100 km.
5) Membangun
benteng-benteng pertahanan.
Dalam
rangka mewujudkan langkah-langkah tersebut Daendels menerapkan sistem kerja
paksa (rodi). Selain menerapkan kerja paksa Daendels melakukan berbagai usaha
untuk mengumpulkan dana dalam menghadapi Inggris. Langkah tersebut antara lain:
1. Mengadakan
penyerahan hasil bumi (contingenten).
2. Memaksa
rakyat-rakyat menjual hasil buminya kepada pemerintah Belanda dengan harga
murah (verplichte leverantie).
3. Melaksanakan
(Preanger Stelsel), yaitu kewajiban
yang dibebankan kepada rakyat Priangan untuk menanam kopi.
4. Menjual
tanah-tanah negara kepada pihak swasta asing seperti kepada Han Ti Ko seorang
pengusaha Cina.
Kebijakan yang diambil
Daendels sangat berkaitan dengan tugas utamanya yaitu untuk mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris.Berikut ini kebijakan-kebijakan yang
diberlakukan Daendels terhadap kehidupan rakyat.
a. Semua pegawai pemerintah menerima gaji tetap
dan mereka dilarang melakukan kegiatan perdagangan.
b. Melarang penyewaan desa, kecuali untuk
memproduksi gula, garam, dan sarang burung.
c. Menerapkan sistem kerja paksa (rodi)
dan membangun ketentaraan dengan melatih orangorang pribumi.
d. Membangun pelabuhan-pelabuhan dan membuat
kapal perang berukuran kecil.
c.
Pemerintahan
Daendels (1808-1811)
Pada
tahun 1806, Napoleon Bonaparte berhasil
menaklukkan Belanda. Napoleon
mengubah bentuk negara Belanda
dari kerajaan menjadi republik. Napoleon ingin memberantas penyelewengan dan korupsi serta mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris. Ia mengangkat Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di Batavia. Untuk
menahan serangan Inggris,
Daendels melakukan tiga hal,
yaitu:
- menambah jumlah prajurit,
- membangun pabrik senjata, kapal-kapal baru, dan pos-pos pertahanan,
- membangun jalan raya yang menghubungkan pos satu dengan pos lainnya.
Untuk
menjalankan pemerintahan di Indonesia diangkatlah gubenur jendral Daendels.
Daendels tiba di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1808. Daendels kemudian
mengadakan banyak tindakan. Salah satu tindakan Daendels yang terkenal adalah
dalam bisang sosial ekonomi. Beberapa tindakan itu antara lain sebagai berikut.
·
Meningkatkan
usaha pemasukan uang dengan cara pemungutan pajak.
·
Meningkatkan
penanaman tanaman yang hasilnya laku di ‘pasaran dunia.
·
Rakyat
masih diharuskan melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya.
·
Untuk
menambah pemasukan dana, juga telah dilakukan penjualan tanah-tanah kepada
pihak swasta.
·
Pembangunan Jalan Anyer-Panarukan
Gouverneur-generaal
(Gubernur Jenderal) Herman Willem Daendels adalah perintis infrastruktur yang
sangat luarbiasa dampaknya bagi kemajuan ekonomi di Jawa, yakni pembuatan Grote
Postweg (Jalan Raya Pos) atau populer disebut Jalan Daendels.Panjang jalan di
sisi utara Jawa ini dari Anyer di ujung barat sampai Panarukan di ujung Timur,
dengan panjang total mencapai 1000km, terpanjang di dunia saat itu.
Daendels
membangun jalan yang membelah sepanjang Pulau Jawa ini terutama untuk tujuan
strategi dan kepentingan militer: mobilisasi pasukan dengan cepat.
Pembangunan
jalan ini memakan korban jiwa sangat banyak, namun dinilai oleh para sejarawan
Indonesia sekarang sebagai kemajuan penting. Berkat jalan ini bagian-bagian
terpencil di Jawa menjadi mudah dicapai dalam hitungan hari, tidak lagi
berpekan-pekan.
Ketika
Daendels tiba di Jawa dia langsung memutuskan untuk membangun jalur
transportasi di sepanjang bagian utara Jawa, demi melindungi pulau penting di
bawah kekuasaan Belanda ini dari serangan Inggris. Dengan adanya jalan ini
mobilisasi pasukan Belanda akan menjadi sangat cepat.
Daendels
memaksa setiap penguasa lokal sepanjang jalur yang direncanakan itu untuk
mengerahkan rakyatnya membangun jalan yang diinginkan.
Dia
menetapkan target produksi di mana jika target ini tidak tercapai maka para
penguasa lokal dan rakyatnya akan dibunuh. Potongan kepala mereka digantung di
pohon di sepanjang jalan. Daendels menjalankan kebijakannya ini dengan keras
dan kejam.
Dengan
disiplin bajanya itu akhirnya Daendels dapat menyelesaikan jalan yang
diimpikannya itu hanya dalam setahun (1808), sebuah prestasi sangat luarbiasa
di zaman itu. Karena pembangunan jalan yang sangat spektakuler dan kekejamannya
itu nama Daendels tetap dikenal sampai sekarang.
d. Pemerintahan Janssen (1811)
Sebagai pengganti Danedels dikirimlah Jan Willem Janssen. Ia
mulai menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Jawa tahun 1811. Ia kemudian
memperbaiki keadaan yang ditinggalkan oleh Daendels. Namun Daerah Kepulauan
Maluku sudah berhasil direbut oleh Inggris. Bahkan secara de facto daerah
kekuasaan Hindia Belanda di masa Janssen itu tinggal daerah-daerah tertentu,
misaInya Jawa, Makasar, dan Palembang, dan ternyata
Janssens tidak secakap dan sekuat Daendels dalam melaksanakan tugasnya. Ketika
Inggris menyerang Pulau Jawa, ia menyerah dan harus menandatangani perjanjian
di Tuntang pada tanggal 17 September 1811. Perjanjian tersebut dikenal dengan
nama Kapitulasi Tuntang, yang berisi sebagai berikut.
a. Seluruh militer Belanda yang berada di wilayah
Asia Timur harus diserahkan kepada
Inggris dan menjaditawanan militer Inggris.
b. Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh
Inggris.
c. Pulau Jawa dan Madura serta semua pelabuhan
Belanda di luar Jawa menjadi daerah kekuasaan Inggris (EIC).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar